Lalu, bagaimana dengan media lain seperti televisi dan cetak? Mengutip Widodo (2020) dari bukunya, saat itu, media lain masih enggan menerapkan jurnalisme warga dalam praktik jurnalisme mereka.
Hal tersebut terjadi karena media lain takut kehilangan kredibilitas, reputasi, hingga dinilai dapat menimbulkan masalah etika jurnalistik. Ya, ini menjadi kekurangan besar jurnalisme warga hingga saat ini.
Mengutip Widodo (2020), berikut beberapa kelemahan jurnalisme warga yang dapat dirangkum:
- Jurnalis warga dihadapkan pada keterbatasan sumber daya. Hal ini dapat memengaruhi kemampuan mereka untuk menyajikan berita yang dapat dipercaya.
- Umumnya, jurnalis warga tidak mendapatkan pelatihan profesional terkait keterampilan pengumpulan berita. Pelatihan ini seperti cara melakukan wawancara, memverifikasi informasi, atau mengumpulkan data secara objektif.
Jurnalisme warga memang dapat menjadi wadah yang baik untuk mengembangkan kreativitas. Namun, tidak dipungkiri bahwa di balik itu semua ada persoalan mengenai kredibilitas.
Jurnalisme warga membuat penyebaran informasi menjadi semakin masif dan bervariatif. Penyebaran berita yang diragukan kebenarannya juga bisa saja meningkat. Oleh sebab itu, peran dari pembaca juga sangat penting.
Sebagai pembaca, kita juga harus melakukan check dan recheck. Hal ini perlu dilakukan agar terhindar dari berita bohong.
Referensi:
Utami, F. A. (2022, November 24). Apa itu user-generated content? Warta Ekonomi. Diakses pada 15 Desember 2023, dari https://wartaekonomi.co.id/read461537/apa-itu-user-generated-contentÂ
Widodo, Y. (2020). Jurnalisme multimedia. Yogyakarta: Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas Atma Jaya Yogyakarta.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H