Jurnalisme warga, sebuah bentuk unik dari liputan berita yang melibatkan partisipasi masyarakat dalam menyampaikan informasi. Berbicara tentang jurnalisme warga, tidak terlepas dari perkembangannya. Dalam artikel ini kita akan menjelajahi bagaimana awal kemunculan jurnalisme warga.
Perkembangan ini dimulai dari kemunculan teknologi internet. Internet mampu melahirkan platform bernama blog. Platform ini diciptakan sebagai wadah bagi pengguna internet untuk mengekspresikan dirinya.
Pengguna internet jadi bisa membagikan informasi satu sama lain. Hal tersebut memungkinkan pengguna untuk dapat menciptakan kontennya sendiri. Hasilnya, yang biasa kita sebut sebagai user generated content.
Mungkin beberapa dari kalian bertanya-tanya apa itu user generated content? Melansir dari Warta Ekonomi, singkatnya, user generated content adalah segala bentuk konten yang diciptakan oleh pengguna. Konten ini meliputi berbagai bentuk media, seperti foto, video, maupun tulisan.
Dalam dunia jurnalistik, blog dimanfaatkan sebagai wadah bagi pengguna untuk dapat membuat dan mendistribusikan beritanya sendiri. Misalnya seperti Kompasiana, Yoursay, Kumparan, dan masih banyak lainnya. Penulis di blog-blog tersebut kemudian disebut sebagai jurnalis warga.
Akibatnya, saat ini pembaca tak hanya bisa membaca saja, namun juga berpartisipasi dalam pembuatan berita. Melalui blog-blog tadi, masyarakat umum memiliki kekuatan untuk melakukan aktivitas jurnalistik. Mereka dapat menyuarakan berbagai hal yang mungkin saja tidak disuarakan oleh media.
Sejarah Perkembangan Jurnalisme Warga di Indonesia
Tadi hanyalah sekilas beberapa faktor munculnya jurnalisme warga secara umum. Lalu bagaimana dengan perkembangannya di tanah air?
Jurnalisme warga di Indonesia tentunya tidak muncul begitu saja, banyak lika-liku yang dilewatinya. Mari kita menilik sejarah singkat muncul dan berkembangnya jurnalisme warga di Indonesia.
Mengutip Widodo (2020) dalam bukunya, kemunculan jurnalisme warga di Indonesia sendiri dimulai sejak tahun 1998. Mungkin beberapa dari kalian menyadari bahwa terdapat sejarah kelam bangsa Indonesia pada tahun itu. Tahun 98 dikenal akan kerusuhannya yang mengguncang di seluruh pelosok negeri.
Namun, kerusuhan ini ternyata menjadi tonggak awal berkembangnya jurnalisme warga di Indonesia. Kala itu, saat kerusuhan Mei 1998, para pendengar Radio Sonora Jakarta melaporkan apa yang mereka lihat kepada Sonora. Berita yang bersumber dari warga ini kemudian perlahan menjadi sebuah konsep jurnalisme warga.
Perjalanan jurnalisme warga tidak berhenti di situ saja. Pada tahun 2000, Radio Elshinta mendirikan radio berita. Mereka memiliki sekitar 100.000 reporter warga.
Beberapa peristiwa tersebut kemudian menjadi tonggak sejarah perkembangan jurnalisme warga di tanah air.
Manfaat Jurnalisme Warga
Tak dipungkiri bahwa jurnalisme warga membawa perubahan besar dalam dunia jurnalistik. Jurnalisme warga seperti memberikan angin segar bagi para pembaca yang dulunya hanya dapat menerima informasi.
Mengutip Widodo (2020), berikut beberapa kekuatan yang dimiliki jurnalisme warga:
- Jurnalisme warga memberikan kesempatan bagi masyarakat untuk menjangkau pasar yang kurang disadari oleh media mainstream. Masyarakat umum dapat menjangkau potensi yang sebenarnya ada.
- Masyarakat umum dapat menyebarkan berita dengan tulus tanpa pengaruh dari pihak manapun, terutama pemilik media. Jurnalis warga umumnya lebih berfokus pada nilai pribadi atau moral, daripada sekadar mengejar keuntungan finansial.
- Jurnalisme warga memiliki peran penting dalam meyuarakan isu atau kelompok yang terabaikan media mainstream. Suara minoritas yang tidak mendapatkan perhatian dari media besar dapat diangkat dan didengar.
Melihat beberapa poin di atas, jurnalisme warga terlihat sangat menjanjikan bagi ruang publik. Informasi yang tersebar menjadi semakin bervariatif dengan sudut pandangnya masing-masing. Namun, bukan berarti jurnalisme warga dapat diterima begitu saja oleh semua kalangan.
Kelemahan Jurnalisme Warga
Jika membahas kelebihan, tentu ada kekurangan di baliknya. Melihat manfaatnya, jurnalisme warga menjadi sebuah kekuatan besar bagi masyarakat umum. Sayangnya, di balik kehebatan itu terdapat tantangan yang juga menjadi kelemahan jurnalisme warga.
Perjalanan jurnalisme warga nyatanya tidaklah mulus. Masih ingat dengan sejarah jurnalisme warga di Indonesia yang telah kita bahas tadi? Mungkin beberapa dari kalian menyadari bahwa sejarah tersebut terhenti sejenak di radio.
Lalu, bagaimana dengan media lain seperti televisi dan cetak? Mengutip Widodo (2020) dari bukunya, saat itu, media lain masih enggan menerapkan jurnalisme warga dalam praktik jurnalisme mereka.
Hal tersebut terjadi karena media lain takut kehilangan kredibilitas, reputasi, hingga dinilai dapat menimbulkan masalah etika jurnalistik. Ya, ini menjadi kekurangan besar jurnalisme warga hingga saat ini.
Mengutip Widodo (2020), berikut beberapa kelemahan jurnalisme warga yang dapat dirangkum:
- Jurnalis warga dihadapkan pada keterbatasan sumber daya. Hal ini dapat memengaruhi kemampuan mereka untuk menyajikan berita yang dapat dipercaya.
- Umumnya, jurnalis warga tidak mendapatkan pelatihan profesional terkait keterampilan pengumpulan berita. Pelatihan ini seperti cara melakukan wawancara, memverifikasi informasi, atau mengumpulkan data secara objektif.
Jurnalisme warga memang dapat menjadi wadah yang baik untuk mengembangkan kreativitas. Namun, tidak dipungkiri bahwa di balik itu semua ada persoalan mengenai kredibilitas.
Jurnalisme warga membuat penyebaran informasi menjadi semakin masif dan bervariatif. Penyebaran berita yang diragukan kebenarannya juga bisa saja meningkat. Oleh sebab itu, peran dari pembaca juga sangat penting.
Sebagai pembaca, kita juga harus melakukan check dan recheck. Hal ini perlu dilakukan agar terhindar dari berita bohong.
Referensi:
Utami, F. A. (2022, November 24). Apa itu user-generated content? Warta Ekonomi. Diakses pada 15 Desember 2023, dari https://wartaekonomi.co.id/read461537/apa-itu-user-generated-contentÂ
Widodo, Y. (2020). Jurnalisme multimedia. Yogyakarta: Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas Atma Jaya Yogyakarta.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H