Mohon tunggu...
Albert Abrillian
Albert Abrillian Mohon Tunggu... Penulis - Content Writer Pemula

Pribadi dengan ketertarikan di bidang sains. Senang membaca dan berbagi melalui tulisan. Saya menulis dengan hati, saya berbagi untuk negeri.

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Aku Larva BSF: Modal Sampah Jadi Berkah

23 Januari 2024   09:00 Diperbarui: 23 Januari 2024   09:24 361
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumentasi Larva BSF (Sumber: Dokumen Pribadi)

Konsentrasi unsur hara pada kasgot BSF umumnya bervariasi, tergantung pada substrat diberikan, tetapi menurut ulasan Lopes et al. (2022), total unsur C (karbon), total N (nitrogen), total P (fosfor), dan total K (kalium) masing-masing sekitar 37%, 3%, 1-5%, dan 0.5-4,1%. Dalam ulasan tersebut juga disebutkan bahwa tanaman yang diberi kasgot BSF sebagai pupuk organik berdampak pada pertumbuhan yang baik karena kasgot BSF kaya akan mikroorganisme yang dapat menstimulasi pertumbuhan tanaman (disebut dengan plant growth-promoting microorganisms/PGPM). 

Di sisi lain, adanya kitin pada kasgot BSF dapat menstimulasi pertumbuhan bakteri kitinolitik yang berperan sebagai pestisida alami untuk patogen tanaman seperti spesies fungi dan nematoda dengan mekanisme aksi berupa degradasi kitin pada dinding sel fungi ataupun kulit telur nematoda. Keberadaan kitin pada kasgot BSF disebabkan oleh adanya pergantian kulit larva BSF selama masa pertumbuhannya, di mana kulit larva tersebut mengandung kitin. Perihal tingkat kematangan dan kestabilan kasgot BSF memang masih menjadi kontroversi di kalangan para peneliti, seperti pada penelitian Alattar et al. (2016) yang mengevaluasi kinerja kasgot BSF (didapat melalui pengomposan sampah sisa makanan selama 6 minggu dengan larva BSF) pada tanaman jagung (Zea mays) dan hasilnya menunjukkan bahwa pertumbuhan tinggi dan daun tanaman mengalami sedikit penghambatan yang belum diketahui penyebab pastinya. Namun, penelitian lain oleh Beesigamukama et al. (2020) yang menggunakan kasgot BSF (hasil pengomposan larva BSF selama 2 minggu dan dikomposkan kembali selama 5 minggu) pada tanaman jagung, didapatkan hasil pertumbuhan jagung yang lebih baik daripada perlakuan pupuk organik komersial dari segi tinggi tanaman, konsentrasi klorofil, dan serapan nitrogen serta fosfor oleh tanaman. 

Menurut peneliti, hal tersebut disebabkan oleh ketersediaan unsur hara dan tingginya laju mineralisasi pada kasgot BSF. Secara garis besar, perbedaan hasil pertumbuhan tanaman jagung pada kedua penelitian tersebut tampaknya disebabkan oleh perbedaan kualitas kasgot BSF yang berhubungan dengan tingkat kematangan maupun kestabilan kasgot. 

Proses pengomposan yang cenderung cepat oleh larva BSF dikhawatirkan berdampak pada keamanan penggunaan kasgot BSF sebagai pupuk organik. Oleh sebab itu, disarankan untuk melakukan pengomposan lanjutan pada kasgot BSF sebelum diaplikasikan pada tanaman guna menjamin keamanan dari kasgot tersebut. Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan salah satu pekerja di Omah Maggot Jogja, yakni Bapak Tri (21 Januari 2024) berpendapat bahwa pematangan kasgot BSF dapat dilakukan dengan cara dibiarkan saja, namun membutuhkan waktu yang cukup lama sehingga alternatif pematangan lainnya dapat dilakukan dengan cara dijemur hingga berbentuk seperti pasir dan remah. Secara umum, kasgot BSF dapat dijadikan sebagai pilihan pupuk organik yang mudah, murah, dan efektif bagi tanaman maupun lingkungan.

Upaya pengelolaan sampah tentunya harus dilakukan sebaik mungkin dengan meminimalkan segala risiko buruk yang ditimbulkan terhadap makhluk hidup dan lingkungan. Sebagai bagian dari alam, larva BSF dapat dimanfaatkan sebagai “mesin penghancur” sampah/limbah organik berbasis hayati yang aman, cepat, mudah, murah, dan ramah lingkungan. Adapun penulis juga memanfaatkan larva BSF sebagai upaya pengolahan sampah organik mandiri, disamping itu, masyarakat pun dapat mengolah sampah rumah tangga mereka secara mandiri dengan larva BSF dan residu pengomposannya dapat digunakan sebagai pupuk bagi tanaman. Walaupun larva BSF tidak dapat menguraikan sampah anorganik, namun gagasan tentang daur ulang tampaknya menjadi langkah yang patut diterapkan dalam masyarakat untuk menjaga kesehatan lingkungan bagi generasi mendatang. Mari bijak mengolah sampah mulai dari diri sendiri untuk pelestarian lingkungan demi menjaga kelayakan bumi hunian bersama yang nyaman dan berkelanjutan (sustainable living).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun