Masa-masa paling indah, kisah kasih di sekolah, penggalan lirik terakhir dari lagu yang berjudul kisah kasih di sekolah ciptaan Obbie Messakh di era tahun 90-an akan diabaikan bagi generasi zaman sekarang dan akan dilupakan maknanya.
Apakah Ruangan kelas menjadi saksi bisu bagi setiap ingatan (memori)bagi generasi yang belajar di masa pandemi sekarang ini? Apakah ruangan kelas perlu dibenahi dan diperbaiki, sementara siswa tidak pernah menggunakan ruangan belajarnya?
Kalau pertanyaan itu dihadapkan pada zaman saya belajar pada masa tahun 90-an, kenangan sebuah kelas, tempat duduk, teman sebangku, ruang perpustakaan, kantin sekolah, tempat nongkrong, dsb, pastilah akan sangat berkesan untuk diceritakan kelak pada kawan kawan alumni, keluarga, ataupun siapapun yang mendengar kisah tentang sekolah. Saya yakin sekolah perlu direnovasi.
Pernahkah terpikirkan kita bagaimana nanti angkatan siswa (yang mengalami covid 19 akan menceritakan tempat berkesannya di dalam kelas?) Saya ragu para murid akan banyak bercerita tentang ruangan kelasnya belajar.
Mereka akan sulit menceritakan tentang kebahagiaan duduk dan merasakan bangku kelas. Teman bercerita, teman konyol tertawa, dan tak ada peristiwa yang berkesan lagi dengan guru mata pelajaran.
Murid sekarang akan sulit membayangkan pergumulan mereka selama belajar secara daring, boro-boro mereka akan mengingat di Whatsapp group belajar, sepertinya murid murid sekarang sudah mulai malas belajar dan mengerjakan tugas. Guru juga semakin lama semakin terbatas untuk mengenali satu persatu muridnya. Murid yang lebih dikenal guru selama masa daring ini adalah murid yang rajin mengerjakan tugas dan pekerjaan rumah tepat pada waktunya
Kita kembali pada ruangan kelas. Masih ingatkah murid untuk bangun pagi dan kemudian berangkat ke sekolah dengan jam yang sama dari rumah selama daring ini? Saya justru menyangsikan murid murid pada masa pandemi ini akan disiplin belajar. Tempat murid untuk bercanda bersama sama dengan temannya yang seharusnya di kantin sekolah, berpindah ke game online yang mereka lebih suka menyibukkan diri.
Anak anak belajar secara daring, akan lebih suka mematikan camera confrence-nya dan membiarkan guru menerangkan. Guru yang aktif, biasanya mencek satu persatu anak didiknya dalam belajar. Guru yang pasif akan memberikan tugas saja dengan dalih kalau diadakan confrence, paket anak anak akan cepat habis.
Tidak akan ada lagi peristiwa berbaris di lapangan upacara dan guru guru sibuk membenarkan barisan anak anak. Anak anak tak perlu lagi memakai pakaian seragam lengkap. Cukup baju sekolah di atas, celana bebas tidak kelihatan di kamera.
Saya tertarik mendengarkan dalam satu siaran podcast yang dibuat oleh konten creator saat ini. Sepertinya mengobrol itu adalah sesuatu yang menyenangkan. Banyak konten creator di youtube yang menjadi inspirasi banyak orang. Hanya dengan ruangan kecil dan beberapa perangkat kamera dan audio, mereka sepertinya hanya mengobrol dengan santai dan dapat menggali banyak ilmu dari obrolan tersebut.
Antara pemateri dan konten kreator kadang saling mengisi, menertwai, mengejek, bahkan kadang perlu menebalkan lisan mereka, tanpa ada yang tersinggung.
Saya membayangkan seandainya guru tidak hanya memberikan materi secara kaku, tetapi bisa meniru gaya konten kreator dan membawanya dalam suasana ruang kelas yang tidak kaku, apakah murid nantinya tertarik akan pelajarannya?
Banyak hal hal yang kita ingat dalam belajar, salah satunya apabila gurunya suka humor dan tidak kaku, siswa pasti akan menaruh kesan yang dalam pada murid tersebut. Jikalau murid dihadapkan pada guru yang keras dan tidak pernah senyum, maka yang akan terjadi akan ada perasaan tidak suka dan labelisasi nama akan dibuat pada guru tersebut.
Ingatkah nanti murid murid ini dengan gurunya?
Sebagai seorang pendidik, saya pasti akan mengingat anak didik yang aktif belajar dan bertanya, dan pasti juga mengingat anak yang sering bertingkah nakal (menggangu temannya) dan super aktif dan mencari perhatian guru.
Tetapi dengan adanya pembelajaran jarak jauh ini, kerinduan seperti ini jarang dijumpai lagi. Mungkinkah nanti Guru akan banyak melupakan muridnya secara alam sadar?
Mudah mudahan pandemi ini cepat berlalu. Merindukan berdiri di depan kelas dan menyapa. Mudah mudahan murid juga tidak melupakan gurunya. Semoga
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H