Mohon tunggu...
Albar Rahman
Albar Rahman Mohon Tunggu... Penulis - Lecturer, Editor, Writer and Founder of sisipagi.com

Sehari-hari menghabiskan waktu dengan buku-buku ditemani kopi seduhan sendiri. Menikmati akhir pekan dengan liga inggris, mengamati cineas dengan filem yang dikaryakan. Hal lainnya mencintai dunia sastra, filsafat dan beragam topik menarik dari politik hingga ekonomi.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Sunan Gunung Jati dan Pulau Tidung

2 Februari 2025   17:50 Diperbarui: 2 Februari 2025   17:50 30
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Saudara-saudaraku para pejuang tanah air, hari ini Laut Jawa bergejolak, dan gunung-gunung berucap selamat agar kalian pulang membawa kemenangan! Belajarlah dari Pati Unus, raganya telah musnah, namun jiwanya masih hidup di dada para pahlawan negara dan agama."

Beliau bahkan mengutip firman Allah:

"Jangan kalian menyangka bahwa mereka yang gugur di jalan Allah itu mati. Mereka tetap hidup dan di sisi-Nya senantiasa mendapat curahan rahmat tanpa henti."

Kata-kata itu menjadi bara yang menyulut keberanian para prajurit. Mereka sadar, perjuangan ini bukan sekadar perlawanan fisik, melainkan jihad mempertahankan marwah negeri dan agama.

3. Pulau Tidung: Benteng Tersembunyi di Kepulauan Seribu

Sunan Gunung Jati bukan hanya seorang pemimpin yang berani, tetapi juga seorang ahli strategi yang cermat. Ia memahami pentingnya memiliki tempat berlindung yang strategis, terutama dalam menghadapi armada perang Portugis yang memiliki persenjataan lebih canggih.

Untuk menghadapi Francisco de Sa, Sunan Gunung Jati mengingatkan para pemimpin prajurit untuk berhati-hati dan belajar dari strategi perang musuh. Beliau memang sangat hati-hati, bahkan rendah hati---bahkan kepada musuhnya sekalipun, beliau tetap belajar.

Itulah sebabnya di Selat Sunda beliau berhasil membangun benteng kokoh dengan pasukan khusus dari Demak.

Singkatnya, beliau pun mendelegasikan prajuritnya untuk bersembunyi di pulau-pulau sekitar Teluk Jakarta. Salah satunya adalah Pulau Tidung.

Nama "Tidung" sendiri konon berasal dari kata berlindung, merujuk pada fungsi pulau ini sebagai tempat persembunyian pasukan Demak dan Banten kala itu.

Benteng yang dibangun di sana bukan sekadar perlindungan, tetapi juga pusat intelijen gerilya maritim. Dengan kapal pelang yang disamarkan, mereka mampu menyergap musuh dengan taktik kejutan.

Portugis, yang selama ini unggul di laut, dibuat kelabakan. Bahkan sering menukan kebuntuan strategi perang.

4. Strategi Perang: Belajar dari Musuh, Menyempurnakan Serangan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun