Mohon tunggu...
Albar Rahman
Albar Rahman Mohon Tunggu... Penulis - Lecturer, Editor, Writer and Founder of sisipagi.com

Sehari-hari menghabiskan waktu dengan buku-buku ditemani kopi seduhan sendiri. Menikmati akhir pekan dengan liga inggris, mengamati cineas dengan filem yang dikaryakan. Hal lainnya mencintai dunia sastra, filsafat dan beragam topik menarik dari politik hingga ekonomi.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Silaturahmi: Adalah Perekat Persaudaraan Terbaik

31 Januari 2025   21:38 Diperbarui: 31 Januari 2025   21:38 39
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sebagai seorang perantau di Dusun Kayangan, Jombang, saya punya ayah angkat yang kami panggil Abah. Sebelum shalat Jumat, saya singgah ke rumahnya. Beliau menyambut dengan senyum khasnya yang penuh wibawa.

"Sebagai pengusaha, kita harus tenang," katanya. "Kalau ikut panik, suasana semakin kacau dan yang pertama terdampak ya kita sendiri."

Petuah ini seolah tamparan lembut buat saya. Beliau berujar demikian karena tantangan di dunia usaha makin berat. Peraturan baru hingga pajak 12 persen eh maaf keceplosan hehehe. 

Dalam suasana seperti ini, ketenangan adalah modal utama. Abah Kayangan benar, silaturahmi yang tulus memberi kita ketenangan. Setidaknya, kita tahu ada orang-orang yang masih bisa diajak berbagi kebijaksanaan.

4. Hadiah Rakitan Kursi Bambu dari Mbah Dar

Siang menjelang ashar, saya mendatangi Mbah Dar. Beliau adalah sosok yang istiqomah mengumandangkan azan di langgar desa. 

Orang tua yang penuh dedikasi. Suaranya sudah jadi alarm batin bagi warga sekitar.

Kedatangan saya hari itu membawa kejutan. Bukannya hanya mengobrol, saya malah mendapat hadiah: sebuah rakitan kursi bambu untuk tempat perkakas istri tercinta. 

Sontak saya tertawa kecil. "Matur nuwun, Mbah! Ini pasti bikin istri saya makin sayang sama saya," kelakar saya.

Silaturahmi memang begitu, kadang tak terduga. Kita datang dengan niat menyambung hubungan, pulangnya malah membawa berkah.

Dalam kesederhanaan, ada ketulusan. Dan itu yang membuatnya istimewa.

5. Sore yang Renyah di Rumah Bu Lurah

Menjelang magrib, saya dan istri mampir ke rumah Bu Lurah. Orangnya ramah, rendah hati, dan penuh kebaikan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun