Lontaran argumen di atas membawa muara hidup yang menikmati tiap tapaknya. Bahwa yang dicari tak lagi manisnya sebuah kebahagiaan, melainkan pahit pun muara yang diharapkan tersisa keberkahan alias raupan kemanfaatan sahaja.
Artinya dalam hidup seyogyanya kita tak pernah lelah memberi arti. Salah satu langkah paling berkesan dalam memberi arti adalah menulis.
Bahwa hidup hanyalah sekali
Sebagaimana uraian di atas. Pilihan paling berkesan adalah menulis.
Santri tanpa peci ialah mereka yang tak dipondok, sedang di warung kopi atau dimana saja. Pikirannya berselancar untuk apa ilmu yang dia dapatkan.
Sebagai sang fakir maka santri itu berpikiran untuk mengoreskan penanya. Teringat ijazah sekaligus dauh dari Gus Dur (Abdurrahman Wahid), "Ibadah paling utama santri adalah membaca, trikat paling berkesan ialah menulis".
Jalan ninja itu menggores pena
National Institute of Mental Health melaporkan. Menulis mebantu seseorang untuk meningkatkan kesadaran diri hingga mengenali perasaan dan pikiran.
Tidak hanya sehat secara mental. Menulis juga bisa membantu jalan buntu masalah finansial kita.
Lagi kita bahas tentang Gus Dur, beliau pernah berkelakar, "jika kehabisan uang, datang seja ke tempo lalu menulis, dan meminta bayaran kontan.
"Gitu aja kok repot". Kala kehabisan duit beliau mengambil jalan ninja ini hehehe.
Nah menulis juga selalu memberi solusi bahkan masalah finansial. Tapi ingat ini bukan tujuan utama dari menulis.
Sekedar jalan ninja dalam artian kelakar. Takutnya ini jadi tujuan pokok.