Mohon tunggu...
Albar Rahman
Albar Rahman Mohon Tunggu... Penulis - Lecturer, Editor, Writer and Founder of sisipagi.com

Sehari-hari menghabiskan waktu dengan buku-buku ditemani kopi seduhan sendiri. Menikmati akhir pekan dengan liga inggris, mengamati cineas dengan filem yang dikaryakan. Hal lainnya mencintai dunia sastra, filsafat dan beragam topik menarik dari politik hingga ekonomi.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

5 Tradisi Imlek: Penuh dengan Falsafah Hidup

29 Januari 2025   11:28 Diperbarui: 29 Januari 2025   11:28 43
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dari sini kita belajar bahwa makanan bukan sekadar pengisi perut, tapi juga doa yang terselip dalam setiap suapan. Pada agama manapun saat hidangan makan tersaji doa adalah sebuah kebaikan tersendiri sebagai ritual.

3. Angpao: Bukan Sekadar Amplop Merah

Bagi anak-anak, Imlek identik dengan angpao---amplop merah berisi uang yang diberikan oleh orang yang sudah menikah kepada yang belum menikah. Warna merahnya sendiri melambangkan keberuntungan dan perlindungan dari hal buruk.

Namun, lebih dari sekadar uang, angpao adalah simbol berbagi kebahagiaan dan keberkahan. Jadi, kalau kamu masih sering berharap dapat angpao, jangan cuma mikirin jumlahnya, tapi juga makna berbagi di dalamnya.

Ngaku di sini yang suka sinis kalo isi angpaonya berjumlah sedikit? Yah, ternyata saya pernah lagi padahal gak baik ya hehehe.

4. Menyalakan Petasan dan Kembang Api: Mengusir Hal Buruk

Pernah bertanya-tanya kenapa Imlek selalu meriah dengan suara petasan dan kilauan kembang api? Menurut legenda, ada makhluk bernama Nian yang suka mengganggu manusia di awal tahun. 

Namun, Nian takut dengan suara keras dan cahaya terang. Maka, tradisi menyalakan petasan pun lahir sebagai cara simbolis mengusir roh jahat dan menyambut tahun yang lebih baik.

Di kehidupan nyata, ini bisa jadi pelajaran bahwa energi positif dan semangat bisa mengusir segala ketakutan serta rintangan hidup. Hidup yang mulai putus asa dan hilang harapan kian kembali setelah semangat dan energi positif itu datang.

5. Mengunjungi Keluarga dan Kerabat: Mempererat Tali Silaturahmi

Hari pertama dan kedua Imlek biasanya diisi dengan tradisi "bai nian", yakni berkunjung ke rumah keluarga dan kerabat. Ini bukan sekadar formalitas, tapi juga wujud penghormatan dan upaya mempererat hubungan.

Dalam era digital yang serba cepat ini, kita sering lupa betapa berharganya silaturahmi. Tradisi Imlek mengingatkan kita bahwa rezeki bukan hanya soal materi, tetapi juga hubungan yang terjaga dengan baik.

Imlek memang penuh warna, tetapi di balik kemeriahannya tersimpan nilai-nilai kehidupan yang sangat berharga. Dari menjaga kebersihan, berbagi rezeki, hingga mempererat hubungan, semuanya punya makna mendalam. 

Akhirnya, Imlek Milik Siapa?

Jadi, apakah kamu siap menyambut tahun baru dengan lebih banyak keberuntungan dan kebahagiaan? Dari falsafah hidup di atas, kita semua menyadari bahwa imlek tidak sekedar milik satu golongan atau etnis tertentu. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun