"Imlek adalah Kita"
Tulisan ini saya persembahakan kepada siapapun. Karena masyarakat Tionghoa adalah kita. Jadilah, "Imlek adalah Kita".
Setidaknya pernyataan di atas berangkat dari hati terdalam saya karena berteman, berkenalan hingga memiliki bapak angkat berdarah Tinghoa. Selamat menikmati!
Imlek bukan sekadar perayaan tahun baru bagi masyarakat Tionghoa. Di balik kemeriahannya, ada tradisi-tradisi yang penuh falsafah hidup.Â
Dari membersihkan rumah hingga bagi-bagi angpao, semuanya punya makna mendalam yang bisa kita ambil hikmahnya. Yuk, kita bahas satu per satu!
1. Bersih-bersih Rumah: Buang Sial, Sambut Keberuntungan
Sehari sebelum Imlek, rumah-rumah sibuk dibersihkan. Konon, debu dan kotoran yang menumpuk melambangkan kesialan di tahun lalu.Â
Dengan membersihkannya, diharapkan energi negatif ikut tersapu dan keberuntungan bisa masuk dengan leluasa. Tidak hanya adu peruntungan ini fakta bahwa rumah yang bersih mengundang banyak kebaikan bukan.
Menariknya, pada hari pertama Imlek, justru tidak boleh menyapu lantai! Alasannya? Jangan sampai keberuntungan yang baru masuk malah ikut terbuang.Â
Jadi, kalau mau beruntung, simpan dulu sapu dan pel sehari saja. Jika kita telisik tradisi ini seolah ingin mengajari bahwa jangan buru-buru lihat dan amati baik-baik peluang yang ada sebelum membersihkan banyak hal dalam hidup. Tunggu barang sejenak!
2. Makan Malam Keluarga: Hidangan Penuh Makna
Malam sebelum Imlek, keluarga besar berkumpul untuk makan bersama. Menu yang disajikan pun penuh simbolisme.Â
Ikan misalnya, dalam bahasa Mandarin disebut "yu", yang berarti keberlimpahan. Mie panjang melambangkan umur panjang, sementara pangsit melambangkan rezeki karena bentuknya mirip batangan emas kuno.
Dari sini kita belajar bahwa makanan bukan sekadar pengisi perut, tapi juga doa yang terselip dalam setiap suapan. Pada agama manapun saat hidangan makan tersaji doa adalah sebuah kebaikan tersendiri sebagai ritual.
3. Angpao: Bukan Sekadar Amplop Merah
Bagi anak-anak, Imlek identik dengan angpao---amplop merah berisi uang yang diberikan oleh orang yang sudah menikah kepada yang belum menikah. Warna merahnya sendiri melambangkan keberuntungan dan perlindungan dari hal buruk.
Namun, lebih dari sekadar uang, angpao adalah simbol berbagi kebahagiaan dan keberkahan. Jadi, kalau kamu masih sering berharap dapat angpao, jangan cuma mikirin jumlahnya, tapi juga makna berbagi di dalamnya.
Ngaku di sini yang suka sinis kalo isi angpaonya berjumlah sedikit? Yah, ternyata saya pernah lagi padahal gak baik ya hehehe.
4. Menyalakan Petasan dan Kembang Api: Mengusir Hal Buruk
Pernah bertanya-tanya kenapa Imlek selalu meriah dengan suara petasan dan kilauan kembang api? Menurut legenda, ada makhluk bernama Nian yang suka mengganggu manusia di awal tahun.Â
Namun, Nian takut dengan suara keras dan cahaya terang. Maka, tradisi menyalakan petasan pun lahir sebagai cara simbolis mengusir roh jahat dan menyambut tahun yang lebih baik.
Di kehidupan nyata, ini bisa jadi pelajaran bahwa energi positif dan semangat bisa mengusir segala ketakutan serta rintangan hidup. Hidup yang mulai putus asa dan hilang harapan kian kembali setelah semangat dan energi positif itu datang.
5. Mengunjungi Keluarga dan Kerabat: Mempererat Tali Silaturahmi
Hari pertama dan kedua Imlek biasanya diisi dengan tradisi "bai nian", yakni berkunjung ke rumah keluarga dan kerabat. Ini bukan sekadar formalitas, tapi juga wujud penghormatan dan upaya mempererat hubungan.
Dalam era digital yang serba cepat ini, kita sering lupa betapa berharganya silaturahmi. Tradisi Imlek mengingatkan kita bahwa rezeki bukan hanya soal materi, tetapi juga hubungan yang terjaga dengan baik.
Imlek memang penuh warna, tetapi di balik kemeriahannya tersimpan nilai-nilai kehidupan yang sangat berharga. Dari menjaga kebersihan, berbagi rezeki, hingga mempererat hubungan, semuanya punya makna mendalam.Â
Akhirnya, Imlek Milik Siapa?
Jadi, apakah kamu siap menyambut tahun baru dengan lebih banyak keberuntungan dan kebahagiaan? Dari falsafah hidup di atas, kita semua menyadari bahwa imlek tidak sekedar milik satu golongan atau etnis tertentu.Â
Imlek tidak hanya milik masyarakat Tionghoa ternyata, ia adalah milik kita juga.Â
Setuju? "Imlek adalah Kita". Salam.Â
Jombang, 29 Januari 2025
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI