Mohon tunggu...
Albar Rahman
Albar Rahman Mohon Tunggu... Penulis - Lecturer, Editor, Writer and Founder of sisipagi.com

Sehari-hari menghabiskan waktu dengan buku-buku ditemani kopi seduhan sendiri. Menikmati akhir pekan dengan liga inggris, mengamati cineas dengan filem yang dikaryakan. Hal lainnya mencintai dunia sastra, filsafat dan beragam topik menarik dari politik hingga ekonomi.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Lapar, Berkarya dan Konsep Ikigai

18 Januari 2025   13:47 Diperbarui: 19 Januari 2025   07:33 154
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi by Finde Zukunft/Unsplash

Pentingnya rasa lapar alias kanker (kantong kering) hehehe. Kenapa penting?

Coba kita refleksikan bersama kenapa dalam Islam ada puasa baik sunnah maupun wajib selama 1 bulan di bulan ramadhan. Lapar, sekali lagi penting!

Kita mulai dari kantong kering

Pagi buta masih menyelimuti mata, dingin itu dipecahkan oleh suara azan yang menggema dari masid ke masjid sekitaran. Subuh lalu fajar pun menjemput suasana mulai terang. Mata melek kemudian mengintip dompet. Naasnya tak berisikan apapun inilah yang disebut Kanker alias kantong kering hahaha (sekali lagi, sedang lapar).

Kanker itu stadiumnya bertambah dengan mengingat sisa nominal uang tersisa di ATM tak bisa ditarik karena tidak mencapai minimum penarikan. Nelangsa anak rantauan, hal ini biasa terjadi di akhir bulan, baik mahasiswa atau yang sedang mengadu nasib mencari lapangan rezeki di kota orang.

Rasa lapar dan jemari harus berkarya

Bersyukurnya masih dikasih beberapa keterampilan atau bahasa kerennya soft skill. Menulis, editorial dan mengkurasi tulisan setidaknya jadi senjata kecil untuk terus berkarya.

Naif sekali jika kita menulis tidak ingin berkarya dengan melihat hasilnya. Justru hidup dari karya adalah idealisme tertinggi menurut saya.

Istilah hidup dari karya saya adopsi dari Pandji Pragiwagksono seorang komika kawakan milik negeri ini. Ya, hidup dari karya tentu saja membutuhkan usaha berlipat ketimbang mereka yang memilh jalur praktis alias naasnya menempuh jalan tikus.

Itulah mengapa pentingnya lapar

Setidaknya dengan lapar kita menemukan atau bahkan mengeluarkan potensi keterampilan yang ada dalam diri. Kantong kering akan jadi nelangsa alias petaka jika hanya diratapi saja.

Boleh kok ngeluh. Gak ada yang melarang. Cuman dosis keluh kesahnya dikurangin aja. Ini saran dari saya dan nasihat untuk diri sendiri juga.

Kembali, rasa lapar lagi dan lagi tidak hanya mampu menggali potensi kita. Sejatinya karya-karya besar itu lahir dari kepahitan hingga rasa lapar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun