Mohon tunggu...
Albar Rahman
Albar Rahman Mohon Tunggu... Penulis - Lecturer, Editor, Writer and Founder of sisipagi.com

Sehari-hari menghabiskan waktu dengan buku-buku ditemani kopi seduhan sendiri. Menikmati akhir pekan dengan liga inggris, mengamati cineas dengan filem yang dikaryakan. Hal lainnya mencintai dunia sastra, filsafat dan beragam topik menarik dari politik hingga ekonomi.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Dear Gibran: Sebuah Surat Terbuka Bernuansa Sastra

9 Oktober 2024   07:45 Diperbarui: 9 Oktober 2024   07:47 25
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kisah Dear Gibran, sebuah surat terbuka bernuansa sastra ini hanyalah fiktif belaka. Jika ada kesamaan nama kami mohon maaf sebesar-besarnya.

Dari fakultas dan alam sastra

Dear Gibran terhormat, ini hanya tulisan biasa seorang dosen atau penulis biasa. Kebiasaan sehari-harinya hanya menulis dan mengajar sebagai dosen tamu di fakultas sastra. 

Surat ini tentang nurani yang terusik dan pendekatannya sangat sastrawi. Tentu hanya mengedepankan sebuah keindahan nasihat sebagai anak bangsa tanpa harus menghakimi. Lagi dan lagi ini fiksi tidak menceritakan fakta dunia nyata.

Tak perlu menghakimi Gibran

Keindahan sastra bak taman bunga yang durinya keindahan itu sendiri, jangan disentuh apatah lagi digenggam erat. Dear Gibran jangan ambil hati bahkan menggenggam duri tulisan ini.

Tak perlu menghakimi tentang fenomena akun fufufafa bak hantu pembicaraan dari jurnalis hingga netizen berbahagia. Surat terbuka ini tidak akan mengurai sang empunya akun tersebut sebagai mana para pakar mengasumsikan sang empunya mengalami gangguan jiwa.

Hanya fiksi dan tak nyata

Gibran di sini sebagai tokoh fiksi dalam kisah sebuah kerajaan dimana sang Raja salah memilih tangan kananan dan para pembantunya. bahkan Gibran ini ingin mencelakakannya. 

Mengerikan dari pembunuhan karakter hingga ingin menularkan virus kejiwaan yang diadopsi sang tangan kanan. Lagi dan lagi ini hanya fiksi belaka. 

Gibran dan Sang Raja 

Ada polemik dimana sang Raja dan pembantunya. Kesemuanya kepentingan kekuasaan melalu politik di sebuah kerajaan dengan luas wilayah paliang luas ke tiga di jagat bumi ini. 

Perang dingin pun terjadi secara diam-diam. Sang raja diserang secara sembunyi-sembunyi oleh pembantunya alias sang empunya nama Gibran tersebut.

Pembunuhan karakter pun dilakukan. Sang Raja diceritakan sedemikian rupa, dianggap jahat dan memiliki agenda menurunkan sang Raja dari tampuk kepemimpinan. 

Agenda Kudeta

Sejak jauh-jauh hari dilakukan agenda kudeta. Bersama saudaranya dan sanak familinya serta tim di bilik-bilik pengkhianata para pengikut sang Raja. 

Mereka semua berkomplotan mengatur rencana beberapa tahun mendatang kudeta itu dilakukan dengan segala cara. Rapi dan penuh taktis, mereka mulai membuat bingung para rakyat terlebih dahulu. 

Membodohi rakyat

Tak hanya bingung tapi melakukan agenda pembodohan masal, membiarkan aksi judi online adiksi porn, dan obsesi seksual yang harusnya penyakit itu baru muncul ribuan tahun mendatang. 

Ini terjadi di zaman purba. Mustahil, lucu dan membingungkan bukan?

Membohongi Rakyat

Dengan kekuatan kekerabatan kepada penasihat Raja. Gibran mencoba mendekati pamannya itu lalu meminta untuk membuat sidang terbuka tentang cacatnya sang Raja. 

Sang paman mengiyakan. Singkatnya, rakyat pun percaya. Apakah sang Raja tinggal diam?

Sang Raja menyurati Gibran

"Dear Gibran" awal surat itu ditulis oleh sang Raja. Panjang lebar dan tersusun rapi sebab memang sang Raja adalah sosok bijaksana dengan pengalaman berguru panjang. 

Sang Raja juga seorang petarung di medan pertempuran kala usia mudanya. Beda dengan Gibran yang disuratinya. 

Intinya sang Raja hanya mengingatkan bahwa jangan sesekali memainkan api. Demikianlah inti isi surat itu. Sang raja murka dibalik senyumnya sedang amarah bak larva genung merapi di dalam dada ditutupnya dulu. 

Sang raja menunggu waktu. Menyusun strategi diam-diam, membangun ketahanan kokoh bahkan melibatkan Kemaha Kuasaan Tuhan Yang Maha Esa. 

Cerita fiksi ini bersambung

Cerita fiksi ini harus bersmabung dan dilanjutkan sendiri-sendiri oleh para pembaca di alam "pikirian" sastra milik masing-masing. Lanjutkan seliar mungkin agar sastra dan tokoh fiksinya selalu hidup dimaji kita sebagai manusia yang merawat sehatnya fantasi pikiran. 

Bagaimana menurut liarnya pemikiran kalian. Mungkinkah sang Raja mampu menjaga tampuk kepemimpinannya? 

Salam

*Arikel Highlight di media SISIPAGI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun