Cerita di atas tidak sedang menceritakan perpustakaan di luar negeri. Melainkan perpustakaan itu letaknya di Jogja. Perpustakann milik pemerintahan daerah Istimewa ini menawarkan akses kenyamanan yang cukup.Â
Ya, buku-buku sastra koleksinya terbilang banyak. Kita bisa menemukan tulisan-tulisan pujangga lama seperti Sutan Syahrir dan lainnya.Â
Anggatan 45 seperti Chairil Anwar hingga Pujangga Baru tahun 80-an 90-an. Hamka, Pram juga Mochtar Lubis. Adalah rentetan pujangga yang menarik untuk dinikmati karya sastra mereka.Â
Grahatama Pustaka milik pemerintahan daerah Istimewa Yogyakarta. Menawarkan banyak buku sastra. Silahkan berkunjung jika di Jogja!
Nyore Sastra di Sudut Kampus itu
Hal yang tak kala mengagumkan cerita tentang Jogja adalah peristiwa nyore sastra di pojok kampus. Ya, melalui pak Rektor langsung arahan beliau maka acara ini pun diselenggarakan.Â
Saya berbincang dengan hangat bersama pak Rektor tentang dunia sastra. Begitu bersahaja dan terkesan santai jauh dari kata kaku dan formal. Bersama awak media lain beliau menyapa dan menerima ruang diskusi.Â
Pak. Fatul Wahid yang enggan dipanggil professor ini menjelaskan pentingnya menghidupkan sastra lagi dari kampus ke kampus. Nyore sastra ini dimulai dari pembacaan puisi karya warga kampus dari dosen, pegawai hingga mahasiswa itu sendiri.Â
Puisi alias karya sastra dikurasi dan dipilih untuk sang empunya karya tampil membacakan di sore hari. Sesekali mengasa asa dalam karya. Kegiatan ini rutin diagendakan 2 bulan sekali.Â
Untuk perdananya UII Nyore Sastra ini menghasung tema Manusia dan Agama. Menyenangkan berada dan menyaksikan langsung kegiatan yang membangkitkan alam sastra dan literasi kampus.Â
Kelak dari Kota ke Kota kita hidupkan Sastra lagi
Dari kampus itu saya menemukan satu hal yang pasti betapa sastra perlu upaya untuk dihidupkan kembali. Ia lahir dari rahim kepekaan, tak perlu gagasan yang cemerlang.Â
Melainkan sastra perlu hadir di sudut-sudut ruang kita. Setidaknya, Jogja dan prahara pengalaman saya di dalamnya membuat kita semua berpikir akan lahir kota-kota baru yang siap menghidupkan sastra.Â