Tidak peduli seberapa sulitnya permasalahan yang kita hadapi sebagai umat manusia, keyakinan bahwa ada Tuhan yang Maha Besar tetap teguh. Bagi umat Muslim, kepercayaan pada keesaan Allah dan kebesaran-Nya yang tak tertandingi sangat kuat.
Inilah sebabnya mengapa doa dan usaha dalam menghadapi segala rintangan harus saling bersinergi seperti dua sayap yang tidak dapat dipisahkan. Langkah mulia ini menggambarkan bahwa usaha tanpa doa ibarat kebutaan dan kegilaan.
Namun, perlu diingat, doa tanpa usaha hanyalah kutukan mantra yang bisa membuat diri semakin terpuruk. Usaha di sini bukan sekadar ketekunan tanpa henti, melainkan kepasrahan yang tinggi tanpa menyerah, bertahan dengan cara terbaik yang menyehatkan baik tubuh maupun pikiran kita.
Ketika peristiwa cinta dan cita-cita menyatu, yang tersisa hanyalah semangat untuk saling menatap hati lebih dalam.
Ketika cinta, cita-cita, dan harapan menyatu dalam satu kesatuan, saya dan pasangan saya belajar untuk bertahan dan berserah diri sambil berdoa menghadapi masalah. Sebesar apapun masalahnya, tak jarang air mata tumpah, namun kami percaya bahwa setiap tetes air mata adalah tabungan kebahagiaan.
Saat kami bersama-sama meratapi kesulitan, tatapan dan pelukan menjadi kekuatan. Meskipun air mata mengalir deras, hangatnya cinta terasa di antara kami. Meski terpuruk, kami masih memiliki misi dan cita-cita yang perlu dikejar. Hidup harus terus berjalan, dan kami memilih untuk bertahan dan terus berjuang.
Biarkan benteng "abadi" kita kokoh
Saat waktu untuk menunaikan ibadah tiba, sore yang mendung memberikan kesan tersendiri. Air wudhu yang sejuk dan sajadah yang lembut menjadi saksi ketika air mata menyirami kokohnya benteng cinta kami.
"Setelah kesulitan ada kemudahan" -- arti dari ayat suci tersebut menghujam tajam ke hati saat kami melaksanakan shalat maghrib. Isyarat bahwa malam itu akan menguji cinta kami dengan kesulitan yang tak terduga.
Malam yang dianggap mencekam oleh kekasih hati kami, menghancurkan hati kami. Namun, kami yakin bahwa ujian ini akan menjadi benteng yang memperkokoh cinta kami. Semakin dekat dengan kesulitan, semakin dekat pula dengan kemudahan dan kebahagiaan yang kami cita-citakan.
Doa sebelum malam yang mencekam begitu syahdu, getar bibir yang basah membawa kami tersentuh oleh rahmat Ilahi. Dalam khusyuk hati, kami meminta pertolongan pada Maha Kuasa Tuhan.
Tuhan, bantu kami kuat dan bertahan
Kami memilih untuk tidak menyerah, berdoa, dan berjuang. Percaya bahwa segalanya akan berakhir indah. Meskipun ragawi kami mungkin terpisah, namun hati kami tetap bersatu dalam rindu dan doa yang terus terangkat sebagai senjata.
Hati ini meyakini bahwa kezaliman, sehebat apapun, akan hancur seperti Fir'aun yang mengaku tuhan. Tuhan akan selalu berpihak pada yang dizalimi, kemenangan mungkin tertunda, tapi pasti akan datang pada waktunya. Bersandar pada Maha Kuasa-Nya adalah jalan yang luhur.
Jika boleh menulis surat cinta untuk Tuhan, izinkanlah jemari ini menciptakan untaian lirih, "Tuhan, kami tengah gelap, seperti Nabi Yunus dalam perut ikan yang hanya berharap pada pertolongan-Mu. Kami memohon pertolongan Maha Dahsyat atas Kuasa-Mu. Ampuni dan rahmati kami seiring pertolongan-Mu yang tak terhingga."
Salam.Â
Selengkapnya pembaca bisa membaca lengkap di rumah sederhana kami dengan laman judul berikut: Benteng "kokoh" itu Bertahan
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI