Mohon tunggu...
Albar Rahman
Albar Rahman Mohon Tunggu... Penulis - Editor, Writer and Founder of Books For Santri (Khujjatul Islam Boarding School)

Sehari-hari menghabiskan waktu dengan buku-buku ditemani kopi seduhan sendiri. Menikmati akhir pekan dengan liga inggris, mengamati cineas dengan filem yang dikaryakan. Hal lainnya mencintai dunia sastra, filsafat dan beragam topik menarik dari politik hingga ekonomi.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Hari Saling Cinta, Diskursus Kemanusiaan

30 April 2023   07:49 Diperbarui: 30 April 2023   08:00 101
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ada banyak spektrum cinta. Alias membicarakan cinta bisa dengan definisi lebih luas.

Bagaimanapun cinta adalah milik semua. Bukan hanya milik Romeo dan Juliet. Muaranya cinta berlaku universal. Artinya untuk semua.

Kita paham betul bahwa dibelahan sudut dunia ini ada bagian peristiwa yang saban hari hanya ada penjajahan dan kebencian. Sebutlah peristiwa di Palestina, zionis rasanya tak punya hati apalagi cinta kala memborbardir Gaza dan sekitarnya.

Belum lagi pada desember lalu. Konflik di tanah Papua rasanya tak berkesudahan. Kenapa selalu ada pertikaian? Jawaban sederhananya ialah karena krisis cinta.

Bagaimana memulai dan menumbuhkan cinta. Tentu tidak semudah ucapan. Kalaulah saja mudah tentu praktik rasial, penjajahan dan lain sebagainya sudah terhapus.

Kita akan memulainya dengan suara dan pena. Jangan berhenti suarakan aksi kemanusiaan tentu atas nama cinta. Atas nama yang gamblang tidak hanya ucapan tapi juga tindakan.

Lantas bagaimana memanusiakan manusia?

Jawablah masing-masing di dalam hati. Tak perlu diuraikan lebih jauh bak petuah tua yang terkesan basi.

Sebuah kisah imajier. Kala saya berdisukusi dengan kawan-kawan hukum. Secara ringan kami membicarakan konsep penjara yang memanusiakan.

Pada akhirnya kami sepakat untuk membangun imajinasi masa depan bahwa penjara bukanlah tempat menampung orang jahat kemudia setelah mereka lepas dari jeruji besi itu kejahatan justru meraja lela. Bukan sekali lagi!

Melainkan sebuah penjara yang memberdayakan. Ketika mereka terkurung, fasilitas berkarya disiapkan, baik sebagai seniman, penulis atau bahkan menjadi akedemisi melalu balik jeruju besi. Apa yang tak mungkin, bukan?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun