Mohon tunggu...
Albar Rahman
Albar Rahman Mohon Tunggu... Penulis - Editor, Writer and Founder of Books For Santri (Khujjatul Islam Boarding School)

Sehari-hari menghabiskan waktu dengan buku-buku ditemani kopi seduhan sendiri. Menikmati akhir pekan dengan liga inggris, mengamati cineas dengan filem yang dikaryakan. Hal lainnya mencintai dunia sastra, filsafat dan beragam topik menarik dari politik hingga ekonomi.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Serangan 1 Maret, Refleksi Kesejarahan Pertahanan hingga Keterjajahan

1 Maret 2023   12:04 Diperbarui: 1 Maret 2023   12:15 201
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Serangan agresi milter Belanda ke sekian kalinya datang melanda negri kita tercinta. Sebuah catatan sejarah 1949.

Jogja kala itu dikepung, tugu, kraton, kota baru dan semua lorong kota mungil ini jadi saksi bisu sejarah. Saksi betapa kesjarahan pertahanan kita sedang diserang dan harus balik menyerang.

Saat ngobrol bersama bapak kos ditahun awal mendaftar kuliah di Jogja. Beliau adalah mantan pejuang di tahun kisaran tahun 1949.

Beliau sangat seppuh dan beberapa tahun lalu berpulang kehariban Ilahi. Semoga segala amal beliau dalam jejak pembelaannya terhadap tanah air dicatat sebaga amal penentu diterimanya beliau di sisi Allah SWT.

Beliau bercerita, bertutur penuh gairah. Mengambarkan betapa lapangan Maguwoharjo kala itu mencekam. Langit kelam, bercampur kepulan asap. Baling-baling serdadu mengitari langit Jogja.

Hampir sejam lamanya mendengarkan penuturan syahdu sekaligus mencekam itu. Beliau teteskan air mata, betapa membela tanah air adalah pengalaman berharga.

Sekelimut cuplikan momen saya dengan beliau. Menggentarkan hati, bahwa pejuang dan pertahanan kita layak untuk dicatat rapi dalam kesejarahan. Sebuah refleksi bahwa pertahanan kita dalam sejarah adalah tembok-tembok keikhlasan hati dari para pejuang, yang mungkin terlupa atau memang tidak sengaja dilupakan.

Mereka para pejuang sudah ikhlas pasti. Mau dikenang atau tidak, biarlah! Asal bangsa dan negaranya hari ini kian utuh.

Mereka para prajurit kala itu taat pada panglima besar mereka. Kala serangan datang Sang Jendral Soedirman melarang adanya sedikitpun penghianatan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun