Dengan hangatnya beliau menyarankan pada penulis dan umumnya pada seluruh santri untuk mendalami ilmu mendasar keislaman secara baik seiring mengikuti kemajuan zaman.
Bagi beliau kemajuan adalah keniscayaan dan kebutuhan manusia akan rahmatnya Islam tentu sesuatu yang dicari. Maka dari itu sekali lagi beliau menekankan perkokohlah ilmu pondasi keislaman lebih kuat.
Perbincangan hangat itu penulis tangkap dan catat dengan baik. Momen yang sayang untuk dilewatkan.
Pada sowan kali ini, penulis sebagai santri merasa masih sangat jauh dalam semangat memperkokoh ilmu pondasi yang disebut oleh Kiyai di atas.
Seolah beliau memberi pesan betapa santri tidak menutup mata akan kemajuan tapi ingat jagalah martabat kemanusiaan dengan kuatnya pondasi ilmu.
Terima kasih banyak Kiyai untuk nasihatnya. Sungguh menjadi santri bukanlah hanya sebuah label semata ternyata ada visi misi kemaslahatan bagi semua yang diembannya. Ya kemaslahatan akan menjaga martabat kemanusiaan diantaranya.
Untuk mengakhir tulisan ini izinkan penulis mengutip ucapan salah satu Kiyai di negri ini ketika mendefinisikan arti santri. Beliau dikenal dengan nama Gus Mus. Beliau berucap,
"Santri bukan yang mondok saja, tapi siapa yang berakhlak seperti Santri, dialah Santri"
Tentu akhalak santri di antaranya terus menjaga martabat kemanusian. Selamat Hari Santri.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H