Aku hanya ingin berkarya walau dalam sepiÂ
sebab bagiku berkarya tak harus riuh apresiasiÂ
yang dibutuhkan hanya penerimaan hati.Â
Jangan pernah tanyakan kabarkuÂ
tapi sapa saja karya-karya ituÂ
sebab karya jauh lebih penting dari kondisiku.Â
Aku selalu menangisi hari-hariÂ
kala jemari luput menuliskan karya
justru kesepian sejati menyapa hati.Â
Lewat puisi dan naynyian piluÂ
beradu indah resah gelisah jiwaÂ
aku hanya mengadu pada pekat tinta dan terbukanya buku.Â
Sudahi saja semua gundah gulanaÂ
sebab karya-karyamu dinantikan oleh masaÂ
waktu hari ini milikmu selamanya.Â
Begitulah sepi itu menyuaraÂ
ia berteriak untuk berkarya lagiÂ
jangan usang dan kalah bahkan oleh masa.Â
Albar,Â
Yogyakarta.Â
Tertangal: Suara sepi di balik dinding karya.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H