Mohon tunggu...
Albar Maulana Hadi
Albar Maulana Hadi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Penikmat film dan bacaan fantasi

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Makna Cinta pada Puisi "Surat Cinta" Karya Goenawan Mohamad: Kajian Pendekatan Mimetik

16 Juni 2023   22:47 Diperbarui: 16 Juni 2023   22:51 2316
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sastra telah menjadi bagian dari pengalaman hidup manusia sejak dahulu, baik dari aspek manusia sebagai penciptanya maupun aspek manusia sebagai penikmatnya. Bagi manusia sebagai pencipta karya sastra, dalam sastra tulis dan pawang atau pelipur lara dalam sastra lisan, karya sastra merupakan curahan pengalaman batinnya tentang fenomena kehidupan sosial dan budaya masyarakat pada masanya. Ia juga merupakan ungkapan peristiwa, ide, gagasan, serta nilai-nilai kehidupan yang diamanatkan di dalamnya. Sastra mempersoalkan manusia dalam segala aspek kehidupannya sehingga karya itu berguna untuk mengenal manusia dan budayanya dalam kurun waktu tertentu.[i]

Luxemburg mengatakan sastra merupakan sebuah ciptaan, sebuah kreasi, bukan pertama-tama sebuah imitasi.[ii] Dunia baru tercipta oleh sang seniman, diteruskan proses penciptaan di dalam semesta alam, bahkan menyempurnakannya. Sastra bukanlah sebuah benda yang kita jumpai. Sastra adalah sebuah nama yang dengan alasan tertentu diberikan kepada sebuah hasil tertentu dalam suatu lingkungan kebudayaan. 

Di antara banyak karya satra, puisi menjadi salah satu yang sering digunakan oleh pelaku sastra untuk menuangkan pikirannya yang dibalut dengan kata-kata indah dan penuh makna. Puisi selalu berkembang dari dahulu hingga sekarang. Oleh karena itu, pengertian puisi pun dari waktu ke waktu selalu berubah meskipun hakikatnya tetap sama. Perubahan pengertian itu disebabkan puisi selalu berkembang karena perubahan konsep keindahan dan evolusi selera.[iii] Berdasarkan gabungan beberapa unsur, Sannon Ahmad menyimpulkan puisi itu merupakan emosi, imajinasi, pemikiran, ide, nada, irama, kesan pancaindra, susunan kata, kata-kata kiasan, kepadatan, dan perasaan yang bercampur-baur. Namun, definisi ini tentu tidak akan memuaskan kita. Perkembangan puisi yang luar biasa saat ini menjadi penyebab betapa sulitnya kita menerima definisi di atas secara utuh.[iv]

Pada dasarnya puisi menyimpan banyak makna, baik secara implisit maupun eksplisit. Perlu penalaran yang baik untuk mengupas makna yang diberikan pengarang pada karya-karyanya. Dikarenakan tidak mungkin untuk memaknai puisi dengan asal, diperlukan dasar teori atau teori pendekatan untuk mengkajinya.

Pradopo mengatakan bahwa pendekatan berdasarkan paham mimetik mengemukakan karya seni itu adalah tiruan dunia, ide, alam, ataupun kehidupan.[v]. Tafsiran ini sering membawa konsekuensi yang merendahkan karya seni, seperti yang dikemukakan Plato bahwa seni itu hanya tiruan ide alam yang berada di dunia ide. Peniruannya sendiri tidak dapat tepat seperti apa pun yang berada di dunia ide. Tiruan itu lebih rendah ide aslinya. Teori peniruan alam itu diperbaiki oleh Aritoteles bahwa para seniman dalam meniru hal-hal seperti adanya di alam, melainkan disertai semangat mencipta, dengan seleksi komposisi. Dengan demikian, tercipta "dunia baru" meskipun dasarnya meniru kehidupan, objek-objek, dan hal-hal yang ada di alam (bukan alam ide atau dunia ide).[vi]

Jika ditelaah secara sederhana, pendekatan mimetik menganggap karya sastra merupakan penggambaran atas kehidupan duniawi pengarang. Diksi, citraan, serta makna yang diberikan hanya sekedar tiruan untuk menambah nilai estetika karya mereka. Tidak jarang gambaran-gambaran yang diciptakan menimbulkan ambiuitas dalam pemaknaan oleh pembaca. Maka dari itu pendekatan mimetik hadir untuk menyingkap makna sebenarnya dari karya sastra, disini puisi, agar terkuak makna sebenarnya yang ingin diberikan oleh sang pengarang.

Dalam puisi "Surat Cinta" karya Goenawan Mohamad berisi mengenai arti cinta yang mengandung beragam emosi, baik suka maupun duka. Berikut adalah puisinya:

Surat Cinta

Karya: Goenawan Mohamad

 

Bukankah surat cinta ini ditulis

Ditulis ke arah siapa saja

Seperti hujan yang jatuh ritmis.

Menyentuh arah siapa saja

 

Bukankah surat cinta ini berkisah

Berkisah melintas lembar Bumi yang fana

Seperti misalnya gurun yang lelah

Dilepas embun dan cahaya

 

Goenawan Soesatyo Mohamad atau yang lebih dikenal dengan Goenawan Mohamad adalah seorang Jurnalis dan sastrawan Indonesia terkemuka. Ia juga salah seorang pendiri Majalah Tempo. Ia merupakan adik Kartono Mohamad, seorang dokter yang menjabat sebagai ketua IDI. Dalam Periodisasi Sastra Indonesia ia dikelompokkan ke dalam Sastrawan angkatan 1966-1970an.[vii]

Ciri khas puisi-puisi Goenawan Mohamad secara umum adalah puisi imaji yang bersifat filosofis. Hal ini ditandai dengan kecenderungan menciptakan puisi dengan renungan-renungan kehidupan yang dilatarbelakangi oleh nilai-nilai kebudayaan.[viii]

Dalam puisi "Surat Cinta", Goenawan Mohamad memberikan makna tentang cinta. Tahap awal perkembangan dewasa terlihat dari individu yang tidak lepas dari masalah cinta. Cinta tumbuh dari stimulus dan respon dari setiap individu. Cinta diungkapkan melalui banyak hal, cinta ada yang tersirat dan tersurat, dilihat dari bagaimana cara kita mengungkapkan cinta itu sendiri.[ix] 

Puisi "Surat Cinta" terbagi menjadi dua bait yang masing-masing terdiri dari empat baris. Analisis akan dimulai pada bait pertama:

 

Bukankah surat cinta ini ditulis (1) Ditulis ke arah siapa saja (2) Seperti hujan yang jatuh ritmis. (3) Menyentuh arah siapa saja (4)

 

Pada baris pertama dikatakan bahwa cinta itu ditulis. Itu merupakan penggambaran yang menyatakan bahwa cinta sudah ada, sudah ditakdirkan oleh Tuhan. Setiap makhluk diciptakan berpasang-pasangan di bumi ini, baik manusia maupun makhluk hidup lain memiliki pasangan hidupnya sendiri. Baris selanjutnya, yakni baris kedua mengungkap bahwa puisi ditulis ke arah siapa saja yang menandakan bahwa cinta yang sudah ditakdirkan, diberikan pula oleh Tuhan kepada semua makhluk ciptaannya. Setiap makhluk memiliki cintanya masing-masing dan porsinya masing-masing. Terkadang ada yang iri karena cinta yang diberikan pasangannya tidak lah sebesar cinta orang lain. Namun, itu adalah cinta yang sudah ditakdirkan padanya. Tuhan sudah memberikan cinta yang layak diterima. Terkadang apa yang kita anggap kurang hanyalah bentuk dari kurangnya rasa syukur yang telah diberikan oleh-Nya.

Baris ketiga memberikan kata hujan sebagai gambaran. Hujan merupakan berkah yang diberikan Tuhan, sama seperti cinta. Hujam merupakan kumpulan air yang awalnya menguap menjadi awan dan kembali turun ke bumi dalam bentuk tetesan air ketika sudah tidak bisa di tampung. Merupakan sifat alami air yang bisa pergi kemanapun dirinya mengalir. Cinta pun sama seperti itu, bebas mengalir kepada siapa yang dituju. Cinta akan datang tanpa bisa di duga karena ia bebas layaknya tetesan air yang dibawa hujan. Lalu pada baris keempat bermakna bahwa cinta dapat datang kepada mereka yang senang ataupun sedih. Hal tersebut dikarenakan diksi "menyentuh" dapat bermakna membangkitkan perasaan. Dua perasaan atau emosi inti yang dapat membangkitkan cinta adalah senang dan sedih. Alasannya karena pada dasarnya cinta bukan hanya mengenai kebahagiaan saja, ia juga dapat menghantarkan pada kesedihan dalam konteks tertentu. Jadi, cinta memang salah satu manifestasi dari kebahagiaan, tetapi juga dapat menghasilkan kesedihan jika salah mengartikannya.

Berlanjut pada bait kedua:

 

Bukankah surat cinta ini berkisah (5) Berkisah melintas lembar Bumi yang fana (6) Seperti misalnya gurun yang lelah (7) Dilepas embun dan cahaya (8)

 

Baris kelima mengatakan bahwa cinta ini berkisah, itu berarti cinta akan membuat cerita bagi siapapun yang merasakannya. Kehidupan selalu membawa cerita, dan cinta merupakan salah satu cerita yang singgah dalam kehidupan. Seorang insan yang merasakan cinta pasti dapat mengubahnya menjadi sebuah cerita untuk dikenang di kemudian hari. Baris keenam bermakna bahwa cinta yang diberikan Tuhan adalah fana, yakni hanya bersifat sementara. Cinta dan kehidupan duduk bersandingan. Apa yang hidup akan menemui berakhir, begitupun cinta. Tidak ada cinta yang hadir selamanya. Meski cinta yang bahagia pasti akan menemukan akhirnya sendiri suatu saat nanti.

Baris ketujuh bermakna bahwa kita harus mensyukuri cinta yang sudah diberikan oleh Tuhan kepada makhluknya. Namun, jangan pula karena cinta membuat kita lupa akan segalanya. Petuah yang menyatakan cinta itu membutakan adalah benar. Cinta merupakan salah satu emosi tertinggi yang bisa dirasakan seorang makhluk. Oleh karena itu, kita tidak boleh tenggelam karenanya. Baris terakhir atau baris kedelapan bermakna cinta akan pergi, tapi tidak perlu disesali karena Tuhan akan kembali memberikan cinta yang baru, yang bahkan jauh lebih baik dari yang sebelumnya. Seperti yang diketahui bahwa terkadang Tuhan memberikan cobaan kepada makhluknya, tapi Tuhan juga akan membalasnya berkali-kali lipat lebih baik. Mungkin cinta yang sebelumnya menyakiti hati, tapi percayalah mungkin dia bukan yang ditakdirkan. Jadi, tidak perlu bersedih karena cinta yang sesungguhnya masih ada di luar sana menunggu untuk dipertemukan belahan hatinya.  

Daftar Pustaka:

[i] Zulfahnur Z.F., (2014). Teori Sastra. In: Lingkup Ilmu Sastra: Teori Sastra, Sejarah Sastra, dan Kritik Sastra, serta Hubungan antara Ketiganya. Universitas Terbuka, Jakarta.

[ii] Luxemburg, J.V., dkk. 1989. Pengantar Ilmu Sastra. Gramedia: Jakarta.

[iii] Riffatere, M. 1978. Semiotic of Poetry. Indiana University Press: Blomington and London.

[iv] Suryaman, M. dan Wiyatmi. 2013. Puisi Indonesia. Yogyakarta.

[v] Pradopo, R.D. (2017). Teori Kritik dan Penerapannya Dalam Sastra Indonesia Modern. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

[vi] Pradopo, R.D. (2017). Teori Kritik dan Penerapannya Dalam Sastra Indonesia Modern. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

[vii] Infolingga.net. 2022. Makna Menarik di Balik Puisi "Surat Cinta" Karya Goenawan Mohamad. https://infolingga.net/makna-menarik-di-balik-puisi-surat-cinta-karya-goenawan-mohamad/#:~:text=Puisi%20yang%20berjudul%20Surat%20Cinta,sudah%20diberikan%20cinta%20masing%2Dmasing. Diakses tanggal 7 Juni 2023.

[viii] Agus, S. 2019. Analisis Metafora Antologi Puisi Goenawan Mohamad (Kajian Stilistika). Skripsi. Fakultas Keguruan dan Ilmu pendidikan, Universitas Muhammadiyah Makassar,Makassar.

[ix] Pujiati, H., Usia, K.F., dan Herdianti, I.A. 2018. Makna Cinta Dalam Kumpulan Puisi W.S. Rendra. ASAS Jurnal Sastra. 7 (2): 34-48.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun