Dari sikunir kami sarapan dulu untuk mengisi perut. Semangkok soto ayam dan Tempe Mendoan cukup menenangkan jiwa yang meronta karena lapar.
Komplek Candi Arjuna tidak terlalu ramai matahari sudah sangat terik namun ketika membuka jaket tetap saja udara dingin masih kita rasakan. Â
Berada disini seolah kita kembali ke masa lalu. Sambil menbak-nebak kenapa Wangsa Sanjaya membangun banyak candi di Kaldera ini. bukan hanya candi, tapi banyak Ondo Budho tersebar. Mungkinkah ini dulu kompleks kadewaguruan.
Banyaknya candi mengingatkan dengan gunung Penanggungan. Bedanya jika di Dieng ini Candi dibangun di lembah kaldera, tanahnya datar, candinya memiliki bentuk yang kompleks.
Sedangkan di Penanggungan tidak memiliki bentuk kompleks, hanya berupa punden berundak. Dibangun di lereng-lerengnya yang cukup curam.
Akhirnya, Tidak Berani Mandi Juga
Puas menikmati pemandangan kami berencana ke kawah sikidang, tapi saya memilih untuk di home stay saja. Rencananya mau mandi karena badan rasanya sudah membutuhkan kesegaran.
Tapi rencana itu kembali gagal, karena air masih menutup hatinya, masih dingin. Dan lengkaplah selama sehari semalam di Dieng, saya tidak mandi.
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H