Kami mampir di salah satu warung yang menyediakan minuman hangat, mushola sekaligus toilet untuk menunaikan Sholat Subuh terlebih dahulu.
Kami berjalan santai menyusuri jalan menanjak selebar 1 meter yang terbuat dari beton ini. karena dinginnya udara tak terasa hidung mengeluarkan ingus encer. Karena sudah diketinggian 2000 mdpl lebih maka walaupun berjalan sebentar namun nafas sudah ngos-ngosan.
Tepat diujung lorong, jalan berganti menjadi tangga. Satu demi satu kami tapaki, dengan metode andalan 510 (5 langkah berhenti 10 detik). Tidak terlalu tinggi jalan yang harus kita lalui. Mungkin sekitar 10 lantai saja. Kita sudah ada view point pertama, disini juga sudah bisa melihat matahari terbit.
Teman-teman saya yang tidak kuat memilih berhenti disini. Walaupun tidak tinggi, namun cukup membuat yang tidak terbiasa mendaki akan kapok.
Letak puncak Sikunir ternyata tidak terlalu jauh, jalur selanjutnya tidak securam dari bawah. Lebih landai. Hanya 5 menit sudah sampai.
Walaupun bukan week end tapi puncak cukup ramai. Bahkan sampai meluber di puncak sebelahnya.
Hanya semburat jingga yang nampak dilangit ketika saya merangsek maju menuju batas untuk mendapatkan view yang lebih menarik.
Lampu-lampu terlihat masih menyala di rumah yang tampak jauh dibawah. Bayangan Gunung Sindoro tampak gagah didepan mata.