Mohon tunggu...
albarian risto gunarto
albarian risto gunarto Mohon Tunggu... Freelancer - saya datang saya lihat saya lalui saya tulis

bapak-bapak yang suka menulis

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Menikmati Keindahan Dieng dengan Cara Berbeda, Tanpa Mandi!

24 Oktober 2023   16:14 Diperbarui: 24 Oktober 2023   16:28 552
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saya terbangun ketika hawa dingin terasa semakin menyengat dan suara masjid sudah mengudarakan sola-sola, menandakan waktu maghrib akan datang. Cukup lama saya tertidur.

Segera reflek saya mengambil handuk yang masih tertata didalam tas. Mandi sore itu hanya sebatas wacana, karena lantai kamar mandi saja dinginnya sudah menusuk dari telapak kaki sampai ujung rambut.

Apalagi setelah mencoba untuk menyentuh air yang rasanya bisa mengkerutkan apa yang bersentuhan dengannya, menambah keyakinan saya untuk tidak  mandi.

Alhasil hanya wudhu yang yang saya lakukan, itupun setelah wudhu, badan rasanya menggigil hebat. Mental saya jatuh sejatuh-jatuhnya menghadapi serangan hawa dingin di tempat ini.

menahan dingin (dok,pri)
menahan dingin (dok,pri)

Selesai Sholat Maghrib, saya mencoba keluar berjalan-jalan di sekitar tempat ini, yang cukup ramai oleh penjual-penjual makanan. Kebanyakan yang berjualan disini bukan orang asli Dieng, para pendatang yang memanfaatkan ramainya tempat wisata perpaduan alam dan budaya.

Untuk harga saya kira masih wajar, seperti kebanyakan tempat wisata, tidak sampai menggetok. Bahkan ketika saya masuk ke dalam toko yang menjual jaket, harganya hanya berkisar 100 ribu -- 200 ribu saja, itupun sudah dapat merk import dan kualitas barangnya juga tidak main-main.

Menyusuri dieng (dok.pri)
Menyusuri dieng (dok.pri)

Anda tahu sendirilah jika harga murah, merek impor itu pasti thrift. Tidak mengapa, tidak ada yang tahu anda pakai jaket bekas impor.

Setelah mendapatkan jaket yang kami mau, walaupun dingin menerpa, kami tetap berjalan, mencari kehangatan dengan makan Bakso dan Mie Ayam. Tak terasa, kami sudah masuk wilayah Dieng Banjarnegara.

Selesai menyantap mie ayam dan bakso yang harganya wajar ini, kami meneruskan perjalanan. Cerahnya langit malam merestui kami untuk berjalan-jalan di kawasan lembah kaldera dieng ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun