Selepas Pos 4 menuju Puncak Bayangan jalan yang kami lalui sangat berdebu. Debunya halus, mirip seperti asap. Kondisi ini membuat kami harus berhati-hati karena rawan klilipan.Â
Karena inilah ketika ada percabangan jalur, saya nekad ambil jalur kiri yang saya lihat tidak berdebu. Tapi Bunda bersikeras tidak mau lewat situ karena ketika briefing dilarang mengambil jalur kiri.
Untuk kompromi, rombongan dibagi Dua kelompok lagi, kali ini Saya bersama Thole dan Bunda sama Nduk. Jalurnya hanya dipisahkan segerombol pepohonan, bahkan kami masih saling berteriak untuk memberitahukan posisi.
Jalur yang saya pilih ternyata lama kelamaan menjadi lebih curam dan berdebu, bahkan  sulit untuk naik. Selain itu juga berbahaya, jika salah langkah dan terpeleset harus memulai dari bawah kembali.
Kami kembali berkumpul ketika sudah sampai di Puncak Bayangan. Bunda dan Nduk sampai duluan disana, karena jalurnya lebih mudah walupun berdebu. Disini, seperti biasa banyak tenda berdiri.Â
Dua ABG ini sangat senang sudah sampai di Puncak Bayangan, mengira hanya akan kami akhirkan disini dan kembali turun.
Kami berempat menuju ke salah satu penjual yang hanya berjualan di akhir pekan. Sekarang yang berjualan ada 4 orang, 3 Orang baru, berjualan disekitar kawasan tempat camping dan Satu orang lagi yang orang lama tetap berjualan di jalur menuju Puncak Pawitra.
Tapi mereka hanya jualan air minum, semangka dan makanan ringan. Untuk mie instan juga berjualan tapi mentah. Â Mereka tidak bisa memasak karena tidak ada sumber air di sekitar situ.
Tak terasa beberapa potong semangka kami habiskan, cukup untuk memulihkan stamina. Setelah itu kami ajak mereka berdua untuk kembali melanjutkan perjalanan ke Pawitra.