Saya pertama kali melewati jalan tol yang unik ini. Jika biasanya jalan tol  dibuat cenderung datar, jalan tol ini dibuat bergelombang yang naik turun. Walaupun sebenarnya bisa saja dibangun dengan datar.
Setelah pintu Tol Cerme kami kembali kejalan nasional. Kemudian masuk kembali menuju wilayah Surabaya. Atmosfer pertandingan sudah tampak. Para suporter juga mulai masuk ke wilayah tersebut.
Kondisi lalu lintas yang ramai, karena wilayah tersebut juga merupakan kawasan pabrik. Sepeda motor, mobil dan truk-truk besar kecil tumplek blek jadi satu.
Semakin mendekati stadion GBT, lalu lintas semakin padat dan merayap. Suporter yang akan mendukung juga semakin banyak terlihat. Naik sepeda motor maupun berjalan bergerombol. Toko toko pakaian juga banyak dikunjungi oleh suporter ingin membeli jersey timnas.
Drama Lalu Lintas
Semakin mendekati  kawasan GBT, lalu lintas semakin padat. Di Maps, jarak kami semakin dekat, tinggal satu tikungan lagi. Kurang lebih 30 menit untuk mencapai jarak yang hanya 500 meter tersebut. Tiba di tikungan terakhir, ternyata kendaraan Roda 4 dilarang melewati jalur tersebut. Namun diarahkan untuk lurus dan masuk GBT melalui jalan tol.
Jelas kami kebingungan, istri saya sudah menunjukkan gelang tiket namun tetap dilarang belok kiri. Saya sempat berhenti sejenak untuk memastikan. "lurus saja, nanti belok setelah Polsek Benowo, Kendaraan Roda 4 masuk lewat Tol"jawab seorang polisi yang mengatur lalulintas.
Awalnya kami belum panik, masih ada harapan nanti ada jalur tersendiri, pikir kami saat itu. Namun suara google maps yang menyuruh kami untuk balik lagi dan berita radio bahwa Tol Romo Kalisari macet Total ditambah dengan Polsek Benowo yang tidak kunjung kami temukan. Membuat suasana di mobil tidak kondusif. Apalagi kami baru pertama kesitu.
Ketika tiba di Polsek Benowo, istri saya turun untuk menanyakan ke petugas yang sedang jaga. Kebetulan yang jaga juga orang Jombang. Akhirnya disarankan untuk terus saja, jalan Tol masih sekitar 4 KM lagi. Saya sampai speechless mendengarnya. Posisi kami semakin jauh dari GBT. Saya sempat nekad mau balik, tapi dilarang sama Pak Polisinya sambil diberitahu kalau disana macet.
Di mobil suasana semakin tidak kondusif, saya sempat marah-marah tanpa alasan. Terbayang kegagalan kami untuk nonton langsung Timnas Indonesia. Setelah akhirnya belok kiri, sebelum masuk ke pintu Tol, kami kembali berhenti untuk bertanya lagi Ke Pak Polisi. Tetap disarankan untuk naik Tol saja, sambil di beritahu kalau ada pintu Tol khusus untuk penonton VIP, tapi kami adalah penonton Ekonomi.
Pada titik ini kami akhirnya pasrah, sudahlah biarlah terjebak kemacetan yang penting sampai di GBT. Agak lega ketika kami disalip suporter yang datangnya searah dengan kami. Ternyata, pak polisi di pertigaan tidak bohong.