Sambil menunggu, si Thole saya suruh minum teh. "Minumen tehnya, itu sudah didoain". Dan dia pun manut walaupun dengan setengah tidak percaya. Wajah tegangnya berangsur melunak setelah minum teh tersebut.
Tidak berapa lama, disuruh segera ganti celana dengan sarung diruang ganti yang telah dipersiapkan. Petugas kemudian memanggil anak-anak untuk duduk mengantri menuju ruang khitan. Sendirian tanpa ada pendamping, hanya ada khitaner dan para petugas.
Karena orang tua dilarang mendampingi selama proses sunat. Untuk meredakan ketegangan, saya menuju keteras untuk sekedar menghisap tembakau hasil produksi pabrik di Kediri.
Belum habis sebatang, petugas memanggil para orang tua yang akan merawat putranya pasca di tetak. Kami kemudian dikumpulkan diruangan yang terdapat kursi dan dipan kayu dengan seprei berwarna putih yang berderet-deret mirip barak. Untuk menerima penjelasan cara perawatan dirumah.
Seorang petugas yang berbaju putih dan bercelana hitam dengan lancar menjelaskan. Mulai dari metode khitan yang ternyata memakai cara tradisional, digunting dan dijahit, kapan perban dilepas dan cara melepaskannya, pantangan jangan sampai perban kena air, pantangan makanan (soda dan sate) dan obat yang harus dikonsumsi. Saking jelasnya, kami bertiga tidak ada pertanyaan yang perlu ditanyakan.
Selesai menjelaskan, kami diajak menengok putra-putra kami yang ada diruangan sebelah, yang isinya sama dengan ruangan kami tadi.(saya mengira kami disuruh menunggu dan anak-anak akan diantar kesitu).
Ternyata ruangan ada dua, mungkin tempat kami tadi adalah ruangan tambahan jika peserta khitan banyak. Daya tampungnya bisa lebih dari 20 orang. (Kami datang ketika tidak peak time musim sunat, jadi tergolong sangat sepi).
Ketika memasuki ruangan mereka sudah selesai dikhitan dengan masih menggunakan sarung. Setelah itu masing-masing anak disuruh berdiri dan dilepas sarung dan cawat/popoknya untuk diganti dengan celana sunat dan bercelana kolor pendek. (Kain mori yang diminta mungkin sebagai pengganti cawat tersebut)
Dengan ramah, petugas yang membantu anak kami mengucapkan, "Matursuwun sudah mau rawuh ditempat kami, jauh-jauh dari Jombang". Saya juga membalas ucapan beliau, "Sami-sami, kulo ugi matursuwun kang putro sampun dirawat dengan baik".