Sangat berbeda jauh dengan jaman saya masih SD, akhir 80-an sampai awal 90-an. -saat itu sebagian masih digunakan untuk barak dari Yon Armed 12-. Setiap kali pelajaran olahraga, oleh guru olahraga yang jika kehabisan bahan ajar pasti diajak berkeliling dan masuk ke benteng ini.
Walaupun masih proses rehabilitasi, pengunjung bisa mendekat, namun tidak bisa masuk ke dalam bangunan karena masih dalam pengerjaan.
Sementara hanya boleh mengelilingi bangunan benteng melalui tanggul yang sudah dibangun jalan beton diatasnya. Di beberapa spot tampak bangunan calon MCK bersebelahan dengan gardu jaga buatan Yon Armed.
Tanggul ini dulunya juga berfungsi sebagai penahan serangan. Dari atas tanggul -yang tingginya hampir sama dengan atap benteng- terlihat jembatan yang menghubungkan antar bangunan. Melihat ini jadi teringat film 13 Hours: Secret Soldier Of Benghazi. Dimana atap menjadi pusat pertahanan sekaligus tempat menyerang yang strategis.
Ketika melihat jembatan itu, serasa dejavu, seolah melihat beberapa teman SD saya yang menggunakan seragam olahraga, berlarian disitu sambil bermain memperagakan adegan tembak -menembak.
Tembok-tembok tambahan yang sengaja dibangun untuk sarang walet sekarang sudah tidak ada lagi. Berganti dengan jendela-jendela besar, dari kayu tentunya. Sebagian lagi kembali jadi selasar, mirip sekali dengan Lawang Sewu.
Dibelakang, terlihat saluran air yang sezaman dengan benteng ini yang sepertinya belum direhab, baru disingkap. Saluran air tersebut terus lurus menembus tanggul, menyeberangi kanal dan berakhir di pertemuan dua sungai, Bengawan Solo dan Kali Madiun.