Mohon tunggu...
Andi Ardianto
Andi Ardianto Mohon Tunggu... Guru - Guru SD IT Insan Cendekia

Semoga tulisan yang saya hasilkan bisa menjadi amal yang terus mengalir.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Pelajaran Penting di Balik Kegagalan Menjadi Petugas Haji

19 November 2024   15:05 Diperbarui: 19 November 2024   15:18 126
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kemarin saya membuka website kementerian agama untuk mengecek pengumuman petugas haji tahun 2025 tahap seleksi administrasi.

Sebelumnya, selama berbulan-bulan, tepatnya sejak Syawal atau April 2024 saya sudah belajar tentang apa saja materi yang ada di tes seleksi haji.

Artinya sampai pengumuman kemarin sudah hampir tujuh bulan saya habiskan untuk mempelajari manasik, kebijakan, serta tugas dan fungsi petugas haji.

Sudah begitu banyak video YouTube tentang manasik yang saya lahap. Buku yang saya baca. Kebijakan haji yang saya catat atau print. Tidak ketingalan pula video para petugas yang mengabadikan kinerja mereka dalam bentuk tulisan atau video di berbagai media sosial.

Perasaan saya mengatakan, insya Allah sudah siap ujian tertulis.

Di tengah mempelajari materi itu kemudian saya mendapat insight jika apa yang saya lakukan semata demi menjadi petugas haji, alangkah ruginya diri ini.

Apalagi jika hanya karena gelar atau materi.

Saya memperbaiki niat. Ilmu yang saya gali ini saja jadikan pembelajaran hidup. Toh, misal ternyata takdir tidak menggariskan saya menjadi petugas ilmu itu tetap berguna. Entah kapan.

Ternyata memang belum rizkinya. Saya dinyatakan gagal dalam seleksi administrasi. Entah dokumen saya yang mana yang tidak memenuhi syarat.

Berbeda dengan pendidikan profesi guru (PPG) atau tes CPNS yang ada notifikasi alasan berkas ditolak, di tes seleksi petugas haji tidak ada catatan itu.

Saya hanya bisa menerka-nerka. Apakah surat rekomendasi, surat keterangan sehat, atau surat pernyataan yang tidak lolos.

Saya mulai terjebak memikirkan alasan tidak lolos. Hingga kemudian bisikan "seharusnya begini, seharusnya begitu" tiba-tiba muncul.

Astaghfirullah.

Saya tersadar. Terlepas dari apa sebab utama saya tidak lolos administrasi saya mengambil pelajaran penting.

Jika memang bukan rizki saya maka tidak akan sampai.

Jika saya memang belum diundang ke Mekah Madinah maka sekeras apapun saya belajar tidak akan membawa saya ke sana

Kemudian apakah saya menyesal telah belajar begitu keras tapi akhirnya tidak lolos?

Tidak. Sama sekali tidak.

Saya selalu berusaha mengambil sisi positif dari setiap takdir yang terjadi. Terutama takdir yang menurut saya tidak sesuai keinginan.

Dalam setiap do'a minta dipanggil ke Mekah Madinah lewat jalur petugas saya selalu menutup dengan kalimat, "Ya Allah apapun yang akhirnya Engkau gariskan, hamba tidak akan pernah kecewa dengan do'a-do'a hamba".

Saya jadi ingat apa yang dikatakan oleh salah satu guru bahwa di antara rukun iman, percaya pada takdir baik dan buruk bisa jadi adalah yang paling berat.

Karena berkaitan hati. Apalagi jika takdirnya tidak sesuai keinginan.

Saya tidak menyesal telah belajar sekian bulan.

Saya akan menutup pintu pengandaian dan jika suatu saat perasaan itu menyusup, saya akan terus melawannya.

Saat ini saya belum berhasil. Tapi saya yakin itu pasti ketentuan terbaik Allah.

Rizki sudah ditakar. Tidak akan tertukar.

Yang ditakdirkan akan sampai.

Yang bukan rizkinya tidak akan pernah datang.

Semoga kelak Allah memanggil saya berkunjung ke rumahNya dengan cara terbaik, dalam waktu terbaik pula.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun