Sebaliknya, sebesar apa pun rintangan, seberat apa pun tantangan, segelap apa pun harapan jika itu rizki kita, percayalah ia akan menemukan jalannya.
Saya berusaha menerapkan prinsip ini dalam semua lini kehidupan.
Ternyata itu memberi efek tenang di hati. Kesadaran bahwa rizki sudah tertakar dan tidak akan tertukar bukan hanya kiasan yang ada di lisan.
Berat. Di awal kita pasti akan merasa berat untuk sampai rasa perasaan itu. Butuh banyak Latihan dan berkali-kali gagal untuk sampai pada kesadaran penuh.
Eits, bukan berarti saya sudah bisa merelakan apa pun yang hilang dari diri saya. Saya hanya terus berupaya agar kesadaran itu kian waktu kian meningkat.
Jangan sampai kita diperbudak dengan perasaan memiliki sesuatu secara utuh. Sekali lagi dalam hal apa pun itu. Jabatan, kekuasaan, uang, orang terdekat.
Saya selalu mengingat pesan yang diajarkan para guru yang dengan bijak memberi pesan terkait. "Kalau urusan dunia, jangan risau. Risaulah tentang urusan akhirat." begitu guru saya tulus memberi nasihat.
Satu lagi nasihat yang perlu kita renungkan, "... lembaran telah kering, pena telah diangkat.". Kalimat mulia itu datang dari Nabi Muhammad Saw saat memberi nasihat kepada Abdullah bin Abbas terkait nasib manusia.
Hari-hari ini di saat banyak orang melakukan beragam cara tanpa peduli halal haram untuk mendapatkan atau mempertahankan apa yang dimiliki, marilah kita kembali menengok pesan mulia itu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H