Mohon tunggu...
Andi Ardianto
Andi Ardianto Mohon Tunggu... Guru - Guru SD IT Insan Cendekia

Semoga tulisan yang saya hasilkan bisa menjadi amal yang terus mengalir.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Benarkah Banyak Anak Banyak Rizki?

27 Desember 2023   09:56 Diperbarui: 27 Desember 2023   10:03 84
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Suatu malam saya menghadiri pertemuan di rumah warga. Jika biasanya saya duduk di ruangan dalam bersama para orang tua malam itu saya mencoba sebaliknya. Saya duduk di luar rumah bersama para pemuda.

Obrolan khas para pemuda pun mengalir dari masalah pekerjaan hingga masalah ternak jangkrik.

Topik obrolan berganti ketika salah satu pemuda yang baru saja dikaruniai anak datang. Pemuda yang sudah tujuh tahunan menikah ini baru tiga pekan bergelar ayah. Bapak. Papa.

Salah satu pemuda menanggapi hadirnya anak adalah terbukanya pintu rizki di kemudian hari. Ucapan yang diamini pemuda lain.

"Tapi di awal mungkin kita akan kaget. Pengalaman saya hadirnya anak pertama justru diikuti rizki yang seret. Itu berlangsung beberapa waktu. Alhamdulillah kalau sekarang sudah mulai longgar." pemuda lain yang sudah dianggap pemimpin menanggapi.

"Sama, baru di anak kedua rasanya jalan terbuka." ungkap pemuda lainnya.

Ada pula yang kemudian menganggap bahwa anak itu tidak perlu banyak.

"Sekarang bukan saatnya memegang prinsip banyak anak banyak rizki. Satu dua anak saja sudah bikin pusing" ucap satu di antaranya yang kemudian dibantah beberapa pemuda di sampingnya.

Saya meyakini setiap anak memiliki jatah rizki masing-masing. Setiap yang dilahirkan di dunia sudah ada paket rizki yang menyertai.

Kegalauan akan rizki karena banyaknya anak harus ditepis.

Saya jadi teringat cerita salah satu wali murid. Beliau yang saat itu berstatus guru honorer harus menghidupi tiga anak dengan dua di antaranya bersekolah asrama.

Tentu saja biaya bersekolah asrama tidak sedikit. Gaji beliau yang tidak seberapa, dalam hitungan matematika manusia, seharusnya tidak sanggup untuk membiayai pendidikan dua anaknya tadi.

Nyatanya, kata beliau, semua berjalan lancar. "Ada saja rizki yang datang. Matematika rizki tidak bisa dihitung dengan logika manusia " urainya.

Salah satu pemuda kemudian meminta pendapat saya kaitan antara rizki dan anak.

"Dijalani, insya Allah rizki selalu ada..." jawab saya yang kemudian terpotong karena acara akan segera dimulai.

Saya sendiri saat ini sudah memiliki tiga anak dan bersiap menyambut kehadiran yang keempat.

Sejauh ini saya selalu percaya, meyakini, ketika amanah berupa anak itu hadir rizki juga akan datang bersamanya.

Kehadiran anak saya anggap sebagai motivasi agar lebih giat bekerja dan berkarya.

Tidak pernah ada dalam pikiran saya bahwa hadirnya anggota keluarga baru akan mengurangi jatah rizki yang lain.

Itu yang selalu saya tanamkan dalam pikiran. Dan saya anggap pikiran yang positif dalam segala hal adalah modal awal memenangkan kehidupan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun