Tentu saja biaya bersekolah asrama tidak sedikit. Gaji beliau yang tidak seberapa, dalam hitungan matematika manusia, seharusnya tidak sanggup untuk membiayai pendidikan dua anaknya tadi.
Nyatanya, kata beliau, semua berjalan lancar. "Ada saja rizki yang datang. Matematika rizki tidak bisa dihitung dengan logika manusia " urainya.
Salah satu pemuda kemudian meminta pendapat saya kaitan antara rizki dan anak.
"Dijalani, insya Allah rizki selalu ada..." jawab saya yang kemudian terpotong karena acara akan segera dimulai.
Saya sendiri saat ini sudah memiliki tiga anak dan bersiap menyambut kehadiran yang keempat.
Sejauh ini saya selalu percaya, meyakini, ketika amanah berupa anak itu hadir rizki juga akan datang bersamanya.
Kehadiran anak saya anggap sebagai motivasi agar lebih giat bekerja dan berkarya.
Tidak pernah ada dalam pikiran saya bahwa hadirnya anggota keluarga baru akan mengurangi jatah rizki yang lain.
Itu yang selalu saya tanamkan dalam pikiran. Dan saya anggap pikiran yang positif dalam segala hal adalah modal awal memenangkan kehidupan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H