Mohon tunggu...
Andi Ardianto
Andi Ardianto Mohon Tunggu... Guru - Guru SD IT Insan Cendekia

Semoga tulisan yang saya hasilkan bisa menjadi amal yang terus mengalir.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Sering Terjadi Saat Lomba dan Dalam Kehidupan, Masihkah Kita Teruskan?

8 Agustus 2023   08:09 Diperbarui: 8 Agustus 2023   08:10 83
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Beberapa waktu terakhir ini siswa sedang sibuk dengan persiapan lomba Mata Pelajaran Islami dan Seni Islami (MAPSI). Sudut-sudut ruangan menjadi saksi para siswa yang ditunjuk mengasah diri.

Ada yang di kelas.

Ada yang memanfaatkan ruang guru.

Masjid pun dimaksimalkan.

Sebagian siswa bahkan menambah porsi latihan di rumah.

Saya sendiri yang kebagian melatih dua siswa peserta lomba hafalan menerapkan latihan setiap hari. Setiap sore.

Beruntungnya siswa yang saya latih adalah dua anak pondok sehingga saya bisa leluasa menerapkan jadwal latihan di pondok dengan lebih fleksibel.

Semua pasti ingin menang. Baik dari siswa maupun guru.

Tapi sebagaimana lomba, selain faktor kesiapan dan kemampuan, faktor teknis sering berperan pada hasil.

Ada yang persiapannya sudah sangat matang tapi saat pelaksanaan rasa grogi menghampiri.

Ada yang tiba-tiba sakit sehingga tidak maksimal mengikuti acara.

Berada di tengah keramaian dengan banyak orang menonton juga sering menjadi tekanan tersendiri bagi sebagian siswa.

Secara umum dalam lomba ada dua faktor yang berpengaruh yakni teknik dan teknis.

Tapi apapun hasil lomba sejatinya siswa belajar banyak hal dari sana. Tentang keberanian, menjaga ketenangan, juga menguatkan mental.

Yang perlu dijaga adalah reaksi kita atas hasil lomba. Jika menang tentu rasa syukur patut dilangitkan.

Jika kalah maka harus disikapi dengan bijak. Jangan sampai kekalahan disikapi dengan merutuk, menyalahkan, bahkan mengandaikan ini itu.

Poin terakhir ini sering saya dengar dengan beragam redaksi.

"Seandainya tadi dia tidak langsung menjawab tapi menunggu soal selesai dibaca pasti hasilnya lain."

"Seandainya kemarin cara yang sudah dipelajari dipakai hasilnya mungkin berbeda."

Seandainya ini.

Seandainya itu.

Kalimat pengandaian itu bisa keluar lisan siswa, guru, juga orang tua.

Padahal kalau kalimat pengandaian itu sampai keluar sejatinya kita sedang mendidik siswa untuk meragukan takdir.

Apapun yang telah terjadi biarlah terjadi. Jadikan hasil yang ada sebagai evaluasi tanpa melibatkan kata pengandaian di dalamnya.

Siswa boleh kalah lomba dan mengambil pelajaran dari sana. Jangan nodai pelajaran itu dengan kalimat penyesalan dan pengandaian yang justru akan merusak cara pandang anak terkait takdir.

Hal yang sama sejatinya berlaku dalam kehidupan manusia sehari-hari. Terutama berkaitan dengan sesuatu yang tidak sesuai keinginan.

"Seandainya dia tidak pergi pasti tidak mengalami musibah."

"Seandainya tidak keluar pekerjaan di sana mungkin jabatannya sudah tinggi."

Dan kalimat pengandaian lainnya.

Benar bahwa setiap manusia harus berikhtiar semaksimal mungkin agar mendapat hasil terbaik.

Tapi di atas semua itu ada yang lebih tinggi. Keyakinan.

Yakin. Bahwa setiap yang terjadi pada diri kita, entah baik maupun buruk, sudah ada yang mengatur. Sudah ada yang menggariskan.

Nah, reaksi kita atas itu semualah yang perlu kita jaga.

Sejenak marilah kita ingat kembali nasihat Nabi kepada sahabat mulia Abdullah bin Abbas.

"Ketahuilah, kalau seandainya umat manusia bersatu untuk memberikan kemanfaatan kepadamu dengan sesuatu, niscaya mereka tidak akan mampu memberi manfaat kepadamu kecuali dengan sesuatu yang telah Allah tentukan untukmu."

"Dan kalau seandainya mereka bersatu untuk menimpakan bahaya kepadamu dengan sesuatu, niscaya tidak akan membahayakanmu kecuali dengan sesuatu yang telah Allah tetapkan akan menimpamu. Pena-pena telah diangkat dan lembaran-lembaran telah kering."

Semoga ada yang bisa kita petik dari nasihat di atas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun