Mohon tunggu...
Imam Fauzi
Imam Fauzi Mohon Tunggu... -

Seorang biasa yang ingin berbagi.Suka membaca dan berbagi informasi.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Ning

22 Februari 2010   18:12 Diperbarui: 26 Juni 2015   17:47 80
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Gimana ini Pak Slamet?”

“Sebentar Pak Penghulu, saya masih bingung”

“Apa kita batalkan saja pernikahan ini?”

“Sebentar, sebentar…..saya tanya Ning dulu”

Lik Slamet melangkah mendekati Ning yang sudah lemas tak berdaya seperti kain basah. Ia membelai rambutnya yang kini sudah terurai karena kondenya lepas. “Piye nduk menurutmu? Kalau menurut Lik, mending kita batalkan saja pernikahan ini”, ujar Lik Slamet. Ning masih sesenggukan. “Piye nduk?”, lanjut Lik Slamet. Senggukan Ning berangsur-angsur berhenti. Ia menegakkan kepalanya. Ia lantas berbicara. Tak lama keduanya masuk ke dalam rumah. Entah apa yang mereka bicarakan, aku tak begitu jelas mendengarnya.

Tak lama kemudian, Lik Slamet berjalan mendekatiku. Ia membetulkan letak peci di kepalanya yang agak miring. Langkahnya mantap dan air mukanya meyakinkan. Ia lantas berbicara kepadaku.
“Mbang, Ning memintaku menikahkan kalian berdua, bersediakah engkau Nak?
Aku bingung. Apa yang sebenarnya terjadi.

“Ning, bilang kalau dia mencintaimu. Lik lah yang memaksanya menikah dengan Anton”
Lik Slamet memegang pundakku.

Apakah ini mimpi?. Kalau ini mimpi tolong bangunkan aku dari mimpi yang melenakan ini?. Siapapun orang yang sedang melihatku tertidur, tolong bangunkan aku.

“Apakah ini mimpi Lik?”, Aku masih tidak percaya

“Bukan, Nak, ini bukan mimpi, ini kenyataan”

“Tolong tepuk pundakku Lik, yang keras, biar aku merasakan dan tahu bahwa ini memang bukan mimpi”, ujarku seraya berusaha meyakinkan diri sendiri. Lik Slamet pun menepuk-nepuk pundakku. Dan aku merasakannya. Ini bukan mimpi!. Ini bukan khayalan!. Aku serasa terbang ke awan dan menaiki burung bangau putih.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun