Anomali Donald Trump
Namun sayang seribu kali sayang, rally round the flag effect tampaknya tidak berdampak seperti yang diharapkan Trump. Kendati telah membunuh dua pentolan teroris dunia, Abu Bakr al-Baghdadi dan Qaseem Soleimani, dalam waktu kurang dari 12 bulan, elektabilitas Trump belum naik signifikan.
Dalam jajak pendapat Gallup, approval rating Trump hanya di kisaran 45 persen (Desember 2019). Sementara survei situs Fivethirtyeight memperlihatkan tingkat ketidaksukaan masyarakat terhadap Trump di kisaran 53 persen (Januari 2020), memburuk dalam tiga tahun terakhir.
Artikel Trump Cultivated His Own Credibility Crisis on Iran tulisan Peter Nicholas yang dimuat The Atlantic mengatakan, kredibilitas Trump di mata masyarakat AS sudah hancur sejak tahun pertama. Elektabilitasnya diperkirakan tidak akan banyak berubah.
Masyarakat AS menilai Trump adalah orang yang keras kepala sekaligus sembrono dalam mengambil kebijakan. Publik muak tatkala melihat Trump memecat pejabat dengan seenaknya, menuding media mainstream menyebar hoaks, dan gelut di jejaring Twitter.
Gagal untung, malah buntung.
Keputusan menghabisi Qaseem Soleimani berpotensi menjadi senjata makan tuan. Bahkan negara-negara lain terancam terkena getah dari perbuatan Trump.
Lewat manuver politik Soleimani, Iran berhasil menjalin hubungan erat dengan Irak, Lebanon, Suriah, hingga Yaman selama belasan tahun. Oleh sekutunya, Soleimani dianggap pemimpin yang dihormati.
Dengan terbunuhnya Soleimani, terlebih lagi di tangan AS, tentu Iran dan sekutu tak akan tinggal diam. Pimpinan Hezbollah Hasan Nasrallah telah menyatakan mengibarkan bendera perlawanan di seluruh Timur Tengah.
Financial Times memprediksi adanya akan adanya serangan yang menyasar tentara, pejabat diplomatik, warga sipil, dan pangkalan militer AS di wilayah Timur Tengah. Serangan Iran juga berpotensi merembet ke Afrika hingga Amerika Latin.
Ranah siber juga dipastikan menjadi arena perlawanan. Iran tercatat pernah mengirim malware ke Saudi Aramco, perusahaan minyak Arab Saudi, dan mengakibatkan hilangnya 75 persen dokumen dan digantikan gambar bendera AS terbakar. Sejak 2011, bank-bank di AS juga rutin menerima serangan siber, diduga dilakukan oleh Iran.