Akan tetapi, pada perjalanannya pihak Uni Soviet berinisiatif untuk memulangkan warga Jepang dan tentara yang telah meucuti sejantanya untuk kembali ke negaranya dengan selamat tanpa ada penahanan yang dilakukan Uni Soviet untuk para warga sipil dan tentara Jepang yang menyerah untuk pulang ke negaranya.
Darisitulah kita mulai analisis antara film dengan sumber primer yang ada untuk dapat melihat fenomena situasi secara utuh dan film tersebut tidak terlalu melenceng dilihat pada awal mulainya invasi Uni Soviet memang invasi tersebut dilakukan pada tanggal 8 Agustus 1945, tepatnya malam hari , deklarasi itu dilakukan oleh Menteri Luar Negeri Uni Soviet Vyacheslav Molotov yang menyatakan perang terhadap Jepang dan tidak terikat lagi pada perjanjian sebelumnya (Mukthi, M.F, 2020). Hal inilah yang membuat Jepang pada saat itu sedikit cemas dan terpojok dari deklarasi Uni Soviet ini membuat pasukan Jepang harus menghadapi dua front dimana di Pasifik menghadapi Amerika dan di Manchuria menghadapi Uni Soviet. Jepang pada saat itu mulai menghitung kekuatan dimana mereka harus memberlakukan wajib militer untuk menghimpun kekuatan menghadapi dua front tersebut.
Uni Soviet memang pada saat itu didesak oleh Inggris dan Amerika untuk ikut serta dalam 'Perang Pasifik'. Namun, hal itu dihiraukan karena Stalin ingin berfokus menghadapi Nazi setelah kekalahan Hitler, barulah Stalin menyusun keakuatan dan ikut andil dalam 'perang pasifik' dalam Konfrensi Postdam (Mukthi, M.F, 2020). Pada dasarnya Uni Soviet pada saat itu ingin menghadapi Nazi dulu, dimana ketika akhir kekalahan Hitler barulah Stalin akan bergabung dalam Perang Pasifik. Hal itu disebabkan Stalin ingin berfokus untuk mengakhiri karir Hitler di  wilayah Eropa serta balas dendam apa yang telah dilakukan pasukan Hitler kepada rakyat Uni Soviet.
Manchuria pada saat itu diisi oleh orang-orang Jepang yang bermigrasi dari pulau Jepang, beberapa tahun mereka hidup dengan damai dan tentram disana. Suasana itu berubah ketika Uni Soviet menyatakan perang terhadap Jepang, mengakibatkan para anak-anak muda yang berusia di atas 15 tahun ke atas dipaksa wajib militer untuk menghadapi Uni Soviet dan Amerika di garis depan. Para warga Jepang disana pun mulai bermigrasi untuk pulau ke Jepang lagi. Penyerangan Uni Soviet dalam beberapa hari mengalami kondisi baik dimana dalam kurun waktu 10 hari mereka telah merobek garis pertahanan Jepang dan mengalahkan pasukan Kwantung (Egorov, Boris, 2023).
Pada saat itu Jepang sangat terpukul karena bom atom dijatuhkan tetapi hal itu tidak membuat Jepang putus asa, mereka mulai memperkuat posisi untuk menghadapi sampai darah penghabisan tetapi disisi lain Uni Soviet pun menyatakan perang dan hanya beberapa hari saja menimbulkan korban jiwa yang sangat banyak yang membuat para petinggi Jepang sudah putus asa karena serangan Uni Soviet. (Nasution, Maymunah, 2020), Dewan Perang Jepang pada saat itu ngotot untuk tidak menyerah dan akan melawan Amerika. Namun, nahas mereka dipecah menjadi dua front yang dimana mereka menghadapi Uni Soviet di Manchuria setelah mereka menyatakan perang. Kegigihan petinggi Jepang mulai sirna dan Kaisar Hirohito pun mengusulkan penyerahan setelah melihat peperangan di Manchuria bahwa dalam dua hari pasukan Jepang tewas sebanyak 850 jiwa dan yang membuat mereka terpukul pasukan Jepang di Manchuria dipukul mundur oleh 'tentara merah' dalam beberapa hari saja (Nasution, Maymunah, 2020). Mengakibatkan tak ada jalan lain selain menyerah pada sekutu.
Dalam film tersebut peperangan yang terjadi sangatlah singkat, sebab mereka melarikan diri ke hutan, mereka berlari kehutan karena mereka kekurangan logistik peperangan dan mereka bukan dari negara yang sama, tetapi ada satu prajurit perempuan Uni Soviet yang ingin basecampnya  agar selamat. Bukan hanya itu saja, mereka tidak melewati jalan-jalan yang pasti akan digunakan pertempuran sehingga mereka memilih hutan serta jalan-jalan yang diluar dari tempat pertempuran. Jika kita cock dengan sumber-sumber yang ada terkait peperangan Manchuria, memang peperangan itu relatif sangatlah singkat. Disebabkan, pada saat itu Uni Soviet mengerahkan jutaan tentara dan peralatan tempur dengan jumlah besar, ditambah ketika Jepang sedang habis-habisan kekuataannya di Perang Pasifik sehingga ketika Uni Soviet meng-invasi, mereka tidak dapat berkutik, karena mereka harus membagai kekuatan tempurnya pada dua front yang membuat mental pasukan mereka menurun.
Didalam film itu digambarkan bahwa tentara Jepang yang sedang bertempur ketika Kaisar Hirohito mengumumkan penyerahan kekalahan kepada sekutu, mereka sangat terpukul dari berita yang disiarkan di radio tersebut, sebab mereka sangat menjujung tinggi marwah malu sehingga banyak sekali para prajurit serta warga sipil yang berada di Manchuria pada saat itu melakukan Harakiri . Orang Jepang memang sangat tidak diragukan lagi terkait menjujung tinggi rasa malu, darisini bisa kita lihat bahwa orang Jepang banyak bunuh diri dan putus-asa karena kekalahan negaranya, mereka lebih baik mati daripada harus menanggung malu. Disisi yang lain, prajurit Jepang yang sangat patriotik sekali, terdapat beberapa kebusukan apa yang dilakukan selama invasi ke berbagai negara di Asia, contohnya Tiongkok dan Korea. Tentara Jepang pada saat meng-invasi Korea dan Tiongkok banyak sekali melanggar HAM, yang tak lains seperti genosida tanpa pandang bulu, eksperimen ilegal yang dijadikan percobannya adalah manusia, pemerkosaan dan sebagainya. Hal ini sudah dibuktikan oleh beberapa peneliti yang meneliti tentang peristiwa kejahatan perang yang dilakukan oleh Jepang dikedua negara tersebut dan memang terbukti bahwa Jepang telah melakukan kejahatan Perang. Ditambah dengan permintaan maaf serta santunan kompensasi terhadap orang yang menjadi korban kebrutalan mereka pada Perang Dunia Kedua dari Perdana Menteri Jepang pada sekitar tahun 1950-an.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H