Mohon tunggu...
Alan Budiman
Alan Budiman Mohon Tunggu... profesional -

Pemilik akun ini pindah dan merintis web baru seword.com Semua tulisan terbaru nanti akan diposting di sana. Tidak akan ada postingan baru di akun ini setelah 18 November 2015.

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Islam Nusantara dari Kacamata Budaya, Politik dan Dunia Internasional

27 Juli 2015   10:04 Diperbarui: 27 Juli 2015   11:01 4780
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Said Aqil: ya sebenarnya Muhammadiyah juga 23, cuma diskon.

Lihatlah betapa tokoh Nahdatul Ulama dan Muhammadiyah selalu tentram, damai, lucu dan yang terpenting bisa diterima oleh siapapun.

Sementara Nusron Wahid mewakili GP Ansor mengungkapkan bahwa selama ini para tokoh kita menghadirkan agama sebagai doktrin. Bukan sebagai realitas sosial. Orang beragama itu seharusnya menggembirakan. Tapi hari ini seakan-akan menakutkan, orang sekarang seakan belum sah beragama jika belum mengatakan orang lain berdosa. Ya kita sama-sama tahu lah siapa yang dimaksud oleh Nusron. Hehe

Kita tentu rindu dengan sosok sepeti Gus Dur yang dengan candaannya selalu berhasil membuat orang berpikir, Kyai Hasyim Asyari yang tidak kaku dalam mengambil kebijakan dan Kyai Ahmad Dahlan yang begitu visioner serta revolusioner.

Tapi kini zaman berubah. Prof. Quraish Shihab yang kemampuannya diakui dunia, begitu dihargai oleh rakyat Malaysia, Singapore dan Brunei, kemudian dituduh sesat oleh orang yang baru belajar Islam. Bagaimana bisa orang baru masuk Islam tiba-tiba dijadikan panutan lalu menyalahkan mufassir ternama, penulis buku berkualitas, pemikir dan meraih gelar pendidikan yang tinggi?

Atmosfer yang gila ini memang sudah tidak lucu lagi. Islam yang kita kenal damai dan selalu mau mendengar pendapat orang lain lalu menjadi kelompok keTuhanan yang mengkafir-kafirkan orang lain. Buruknya sebagian orang ikut terpengaruh dengan istilah-istilah konspirasi yang dipromosikan oleh mereka. Kondisinya nyaris sama seperti isu pilpres dimana Kang Jalal katanya akan menjadi Menteri Agama, katanya Kementrian Agama akan dihapus, lalu kebijakan boleh mengosongkan kolom agama bagi penganut agama yang belum disahkan undang-undang lalu diplintir bahwa di KTP kita nanti tidak akan ada lagi kolom agama. Kini pola yang sama mereka terapkan pada Islam Nusantara selayaknya kampanye hitam, fitnah dan sejenisnya untuk menyerang kubu yang berseberangan, baik secara politik maupun ideologi.

Respon Internasional

Berikut ini saya kutip dari web NU soal Islam Nusantara.

Dalam diskusi tentang Islam Nusantara di PBB, Dr. James B. Hoesterey dari Universitas Emory di Atlanta, Georgia, menganggap Islam Nusantara sebagai gagasan yang layak dicontoh oleh dunia internasional. 

“Sebagai seorang antropolog yang sudah lama melakukan penelitian di Indonesia, saya senang bahwa dunia luar dan wakil-wakil serta duta besar dari negara masing-masing dapat mendengarkan sedikit lebih dalam mengenai Islam di Indonesia yang mungkin tidak sama dengan Islam di negara mereka, misalkan Arab Saudi. Kalau kita lihat ke depan, mungkin Indonesia bisa menjadi contoh,” kata Dr. James. 

Sementara Dr. Chiara Formichi, pakar sejarah Islam di Indonesia dari Universitas Cornell di Ithaca, New York, mengatakan banyak pelajaran yang bisa dipetik dari Islam di Indonesia. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun