Sudah lama sekali PSSI menjadi organisasi arogan tak tersentuh oleh siapapun. Menteri berganti, namun PSSI tetap kokoh berdiri sendiri dengan dalih tidak bisa diintervensi. Sangat nyata sekali pemerintah Indonesia dalam sepuluh tahun terakhir tidak berdaya di hadapan para PSSI yang dikuasai mafia.
Namun mungkin kini waktu mereka sudah habis. Arogansi dan tatapan menantang itu sepertinya mendapat lawan yang sebanding. Imam Nahrowi yang menjabat sebagai Menpora dengan santainya membekukan PSSI. Tak peduli media coba memanas-manasi dengan berita teguran surat FIFA, Menpora cukup tersenyum sinis meluruskan "itu teguran untuk PSSI, tapi tembusan ke saya sebagai Menpora. Kita negara berdaulat!."
Program Mata Najwa semalam mungkin adalah program yang sangat dinantikan. Sebelum dilakukan pembekuan, Imam Nahrowi sebagai Menpora dan Hinca Panjaitan dari perwakilan PSSI sudah pernah duduk semeja dan berdiskusi tentang kisruh sepak bola nasional. Waktu itu Menpora mendapat sebundel petisi pembekuan PSSI yang ditandatangani oleh audien yang hadir di studio dan juga dari Najwa Shihab yang ditandatangani tepat di depan Hinca setelah mengucapkan "mohon maaf Pak Hinca, saya juga akan menandatangani petisi pembekuan PSSI." Dan beberapa minggu setelah tayangan tersebut Menpora benar-benar membekukan PSSI.
Andai semalam perwakilan PSSI datang, tentunya akan menarik mendengar pertanyaan-pertanyaan menohok dari Najwa Shihab untuk mereka. Namun sayangnya PSSI tidak hadir. Meski begitu tim Mata Najwa masih coba menayangkan komentar La Nyalla saat ditanya soal pembekuan PSSI dan nasib kompetisi. Tentu saja jawabannya khas arogan La Nyalla yang pada intinya beliau yakin klub ISL pasti patuh dengan PSSI di bawah kendalinya.
Menarik untuk mendengar komentar La Nyalla dengan jawaban oleh perwakilan Borneo dan Semen Padang saat berdiskusi semalam. Dua klub yang coba dihadirkan secara garis besar satu suara dengan La Nyalla. Bedanya, perwakilan Semen Padang lebih diplomatis dalam menjawab.
Sebagai orang awam tentunya kita bertanya-tanya kenapa situasi semacam ini terjadi? Seolah klub begitu taat pada PSSI padahal sering dirugikan dan skornya bisa diatur-atur? Mungkin Mata Najwa semalam sedikit memberi jawaban.
Bukan rahasia lagi kalau PSSI sejak dulu adalah organisasi tak tesentuh dengan sekumpulan manusia-manusia absurd. Laporan keuangan yang tak terbuka rupanya berhasil menguak fakta baru. PSSI ternyata punya hutang secara personal kepada personal Nirwan Bakri sebesar 10 milyar dan La Nyalla sebesar 3 Milyar. Melihat data yang dibuka tersebut Menpora sempat nampak keheranan. "Itu asli?" Tanyanya. Pengamat sepak bola yang membawa dokumen tersebut menjawab "Audited Pak."
Lucunya dalam keterangan dokumen terdapat kalimat bahwa hutang tersebut adalah hutang tidak resmi. Dalam arti tanpa jaminan, tanpa bunga dan tanpa MoU apapun. Menarik.
Dari sini kemudian kita bisa menerka mengapa klub klub ISL begitu patuh dengan PSSI sementara La Nyalla begitu arogan, percaya diri merasa sangat berkuasa. Ini pasti disebabkan karena Nirwan dan La Nyalla punya 'saham' di PSSI. Kita menjadi maklum kalau manajemen Borneo yang semalam datang nampak begitu tertekan dan ketakutan. Bahkan sempat memohon agar Menpora mencabut pembekuan PSSI yang langsung direspon huuu oleh audien yang hadir di studio. Sementara manajemen Semen Padang yang memang dikenal memiliki keuangan sehat hanya menjawab bahwa jatah dari PT Liga atau PSSI hanya 10% dari keuangan klub. Meski akhirnya dengan kecerdasan Najwa membuka tabir, beliau tanpa sadar sudah menyatakan bahwa sampai saat ini dana yang turun hanya 70% dan melewati proses yang berbelit. Jika Semen Padang saja tetap menutup-nutupi keburukan PSSI, wajar saja kalau klub sekelas Borneo dengan tanpa malu memohon agar pembekuan PSSI dicabut sebagai satu-satunya jalan keluar.
Dengan kenyataan seperti ini Najwa sempat menyindir apakah Menpora masih kuat? Harus kuat. Mafia PSSI bukan musuh yang mudah ditaklukkan. Namun jika Presiden Jokowi terus mendukung pemberantasan mafia dan mendorong terbentuknya liga profesional, sampai saat ini kita masih yakin pada akhirnya mafia PSSI benar-benar akan bubar.
Kini kita jadi mengerti kenapa Roy Suryo Menpora sebelumnya membentuk tim konsulidasi yang menyatukan PSSI dan KPSI? bukan tim transisi seperti sekarang. Andai Menpora menerima usulan pembentukan tim konsulidasi dari manajemen Borneo seperti semalam, endingnya bakal sangat mudah ditebak. PSSI akan kembali dikuasai La Nyalla dan antek-anteknya seperti saat PSSI berhasil digusur oleh KPSI dengan hanya menyisakan Djohar Arifin sebagai ketum formalitas.
Presiden Jokowi dan Menpora harus satu langkah memberantas mafia PSSI. Jika kapal asing saja dibombardir dan pengedar narkoba ditembak mati, rasanya tidak berlebihan jika mengusut tuntas dan memberi hukuman setimpal pada mafia PSSI yang selama ini bermain dan berlindung di balik statuta FIFA. Sudah cukup lama pemerintah tak berkutik dan diam saja saat koruptor memimpin PSSI dari balik jeruji, kembali diam dan malah mendukung mafia menduduki PSSI via KPSI, kini saatnya merevolusi.
Menpora tak perlu gentar menghadapi mafia PSSI, rakyat Indonesia berada di belakang anda. Kami pastikan ancaman pembunuhan atau teror apapun hanya sebatas ancaman, karena saat ini kita hidup di media yang sangat terbuka. Andai terjadi sesuatu dengan anda dan keluarga, media pasti mengabarkannya dan Polisi atau itelijen akan bergerak meresponnya.
Jujur saat menuliskan ini saya jadi teringat gonjang-ganjing bahwa PSSI sebenarnya di bawah kendali politisi Golkar dan Bakrie. Masih segar di ingatan saya dan teman-teman mahasiswa saat dikumpulkan di KBRI Kuala Lumpur dan mendapat jersey timnas dengan sponsor "bakrie land"di bagian dada dan dibari tiket gratis untuk dibagi-bagikan kepada WNI yang ingin menonton laga final piala AFF. jangan-jangan semua itu memang benar? Jangan-jangan pengaturan skor final AFF yang sempat dibuka ke publik memang benar? Ah saya jadi maklum kalau kemudian ada teman yang bilang "setelah israel yahudi, bakrie lapindo dan antek anteknya yang paling saya benci"
Mungkin sebagai penutup saya ingin mengutip ucapan Menpora semalam "emang stadion milik siapa? Emang keamanan pertandingan bukan dari pemerintah? EMANG LOE HIDUP DI MANA?!!"
Salam satu nyali Pak Menpora.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H