Dirinya sebisa mungkin menahan lontaran rasa, tentang banyaknya lelaki yang sudah bersiaga dan siap kapan saja untuk datang melamar. Tapi sampai saat ini Ulhiza masih belum bisa melepas curahan hatinya tersebut. Gabril sudah sangat baik selama ini. Meski bukanlah dari keluarga kaya raya seperti dirinya, tapi banyak hal yang sudah diajarkanya pada Ulhiza selama 3 tahun bersama.
Tentang kesederhanaan, tidak boros, berbelanja seperlunya sampai pakaian yang menurut Gabril sebaiknya tertutup. Bukan sekedar mentaati ajaran agama, tapi juga agar terlihat lebih nyaman dan aman dari godaan lelaki. Tapi...
Firman dan Julio sama-sama menariknya. Ganteng, kaya dan menjalankan bisnjs keluarganya masing-masing. Firman di sektor tabung gas, dan Julio adalah keluarga pemilik tanah puluhan hektar yang kabarnya siap dibangun perumahan. 'Kadang aku silau dengan pesona mereka' bathin Ulhiza memejamkan mata.
Gabril tak lagi bersuara. Malah menyalakan menggerakkan mobil meninggalkan parkiran. Keluar dari bandara. 'Ah, inilah dia. Selalu dianggap selesai. Padahal....hm. Apa perlu aku minta putus lagi? Untuk yang ke 3 kalinya? Supaya dia bisa berpikir serius. Tapi bagiamana kalau dia benar-benar menerima tantanganku?'
Setelah melewati beberapa halangan polisi tidur dan pintu gerbang, mobil melaju cukup kencang. Menyalip semua kendaraan di depan kanan dan kirinya.
Ulhiza menatap kosong "aku mau putus" akhirnya ucapan tersebut terlotar dengan sendirinya. Cukup pelan, namun Gabril pasti mendengarnya.
Mobil berbelok pelan dan menepi di pinggir jalan.
Gabril menghela nafas. Tanganya masih mencengkram kuat pada setir mobil. "Kamu tau?" Terengah "selama di Vietnam dan Thailand aku bertemu banyak orang, banyak teman. Dan aku berkali kali menolak tawaran banyak perempuan hanya karena aku setia padamu" nadanha parau.
Ulhiza tak kuat menahan pukulan kata yang berhasil membuat perasaanya sakit. Penuh rasa bersalah. 'Aku tau kamu setia. Aku saja yang mungkin tak pantas buatmu' bathinya.
"Bahkan Zafira. Dia pernah menyatakan cinta untukku. Dia sempat ingin menyusulku ke Thailand" pengakuan Gabril sudah melampaui batas rahasia. Semuanya dibeberkan sejelas mungkin.
'Zafira? Sialan! Pantas saja dia sibuk menjodohkanku dengan banyak nama. Tapi apa iya? Teman sejak di bangku SMA sampai sarjana itu sebegitu piciknya?'