Apa yang terjadi pada 20 Oktober 2014 benar-benar sebuah hal yang sangat langka. Presiden terpilih dan mantan presiden bisa berjalan beriringan memasuki gedung MPR, duduk berdampingan dan ada moment tukar tempat duduk sebagai simbol berakhirnya tugas presiden lama dan dimulainya bagi presiden yang baru.
Hal mengharukan lainya adalah saat Prabowo memasuki ruang MPR, hal ini berhasil membuat saya merinding melihat semua orang di dalamnya memberikan standing applause. Keharuan kembali datang saat Jokowi pada sambutan pidato kenegaraanya menyebut nama Prabowo dan Hatta Rajasa secara khusus. Prabowo tak ragu untuk berdiri dan memberikan hormat militer dari tempat duduknya, sementara Hatta Rajasa memberi hormat dengan membungkuk. Sungguh tradisi baru yang perlu dilestarikan, serta berharap 5 tahun mendatang seberapa panasnyapun tensi politik saat kampanye sampai pemilihan, pada akhirnya tetap bisa menerima dan mau membangun bangsa ini bersama-sama.
Hal ini sangat mahal dan ga semua rakyat di belahan bumi lainya bisa mendapat pemandangan seperti ini. Katakanlah Malaysia, saat tau di Indonesia ada debat capres saja mereka sudah riuh dan bermimpi suatu saat di negara mereka kedua kubu bisa duduk dalam satu ruangan beradu gagasan. Apalagi saat Jokowi menemui Prabowo sebelum pelantikan, mereka kembali membayangkan andai Najib Tun Razak bisa bertemu dengan Anwar Ibrahim. Dan puncaknya adalah saat pelantikan kemarin, banyak teman-teman yang kagum dengan kedewasaan politik di Indonesia. Meskipun harus diakui, sebenarnya bagi kita rakyat Indonesiapun hal ini juga baru. Hehe...
Selain itu sempat juga saya melihat pasangan ibu negara saat memasuki gedung MPR. Apa yang unik? Bu Ani dan Bu Iriana juga berjalan beriringan. Namun pada awalnya hanya Bu Ani yang melambai-lambaikan tangan. Bu Ani mungkin sadar kalau Bu Iriana sedikit canggung, kemudian mereka berhenti sejenak dan Bu Ani berbisik ke Bu Iriana. Baru setelah itu Bu Iriana melambai dengan leluasa. (Gemes liatnya) hehe...
Selepas Zulkifli Hasan menutup sidang MPR, Jokowi turun menyalami orang-orang yang berada di kursi bagian depan. Sesekali bersalaman, ada juga yang mendapat jatah cipika-cipiki sampai ujung. Awalnya paspampres perempuan unyu mengawal agar wartawan mau mundur saat Jokowi terus berjalan. Namun karena terlihat kewalahan, kemudian bertukar posisi dengan paspampres lelaki. Si paspampres dengan jas dan dasi merah ini sangat agresif memberi ruang bagi presiden. Sempat juga terlihat raut wajahnya sedikit kesal namun tetap berusaha datar. Wartawan yang sedemikian banyak dan ingin memotret dari jarak dekat harus dihalau oleh si paspamres dengan badanya serta dua tangan terbentang. Sementara si paspampres perempuan berada di belakang Jokowi yang kemudian mendampinginya berjalan keluar setelah berhasil menyalami orang paling ujung. Sepersekian detik, Jokowi sempat terlihat menyeka air matanya dan kemudian terus berjalan.
Saat hendak keluar pun Jokowi menyalami satu persatu dari kanan dan sisi kiri orang yang berdiri. Sering bercipika-cipiki. Sementara SBY yang berada di belakangnya hanya sesekali bersalaman dan lebih sering berdiam di tengah jalan melihat Jokowi terus menyalami setiap orang yang dilewatinya. SBY juga sempat menyeka air matanya dan terus berjalan di belakang Jokowi.
Saat menuju istana dengan mobil presiden, Jokowi membuka kaca jendelanya dan tampak sesekali berusaha menyalami orang yang berada di pinggirnya. Namun paspamres yang berjaga cukup sigap membuat tak semua orang berhasil menyalami orang nomer satu tersebut.
Barulah saat berganti ke kereta kuda, Jokowi dan JK yang berdiri berdampingan melambaikan tanganya dengan simbol 3. Seorang TNI bertubuh besar dengan seragam hijau yang sejak di gedung MPR selalu berada di belakang Jokowi sempat melarang orang-orang untuk bersalaman. Namun mungkin karena ga tahan, Jokowi akhirnya menyalami rakyatnya. Gesit beralih dari kanan ke kiri. Saat ada orang yang berteriak histeris namun tak bisa dijangkau olehnya, Jokowi menunjuk-nunjuk dan melambaikan tanganya sembari tersenyum. Sempat juga Jokowi ditarik terlalu kuat sampai nyaris jatuh.
Jokowi dan JK awalnya mengenakan jas hitam dan dasi merah. Setelah kereta kuda berjalan cukup jauh, mereka melepas jas dan dasinya. Bahkan Jokowi membuka kopyahnya serta membuka dua kancing baju putih paling atasnya. Sementara JK tetap mengenakan kopyah.
Sesampainya di depan istana terlihat Jokowi terlalu gesit berjalan. JK sempat tertinggal di belakang dan berusaha sedikit berlari menerobos paspamres yang sepertinya tak sengaja menghalangi langkah JK. Namun kemudian si paspampres ini sadar dan menepi.
Saat hendak berdiri di podium istana, Jokowi-SBY saling bergandengan tangan ala-ala ABG yang takut kehilangan pacarnya ketika menuruni tangga. Astagaa....haha romantis. Hal unik lainya adalah postur tubuh SBY dan Jokowi yang sangat kontras. Jokowi nampak lebih kurus jika berada di samping SBY, begitu sebaliknya.
Saat menyapa ribuan rakyat yang berada di monas, Jokowi sempat meminta maaf karena terlambat datang (padahal cuma sekian menit) dengan alasan masih shalat maghrib. Kemudian bertanya pada rakyat yang hadir ini apa sudah shalat? Waah....ini kayaknya tetangga sebelah akan mengecap ini pencitraan. Hehe
Beliau hanya sebentar menyapa lalu kembali berlari keluar panggung. Saat berjalan di bawah panggung ada banyak yang berteriak "Jokowi" namun karena sepertinya terburu-buru harus segera ke istana menemui tamu dari negara tetangga PM Australia, maka Jokowi meminta maaf dengan kedua tanganya. Mungkin melihat rakyatnya cemberut, Jokowi menunjuk-nunjuk dan memberi isyarat agar tersenyum dengan dua tangan di pipinya. Si TNI yang setia menemani juga sempat terdengar meminta maaf.
Setelah ngobrol dengan PM Australia, Jokowi masih menyempatkan diri diwawancarai Najwa Shihab di depan istana secara live dan ekslusif. Wah...ini mungkin pertama kalinya. Tak bisa disembunyikan raut wajah lelah dari presiden ke 7 ini, namun masih berusaha tertawa khas "eh eh eh eh"
Setelah acara selesai, Jokowi mendatangi rakyat yang berada di luar istana dan tak henti-henti memanggil namanya. Dari balik pagar besi tersebut Jokowi menyalami rakyat yang menempel di pagar. Dari unjung ke ujung. Paspampres sempat melarang agar tak terlalu dekat, lagipula ada bonsai. Sebisa mungkin Jokowi menyalami mereka satu persatu. Sempat ada yang histeris namun jauh dari jangkauan, Jokowi kemudian melangkahi bonsai dan berusaha menyalaminya. Ini jelas pemandangan yang sangat mengharukan. Entah apakah saya yang terlalu lebay atau kalian juga meraskan hal yang sama? Rasanya baru kali ini seorang presiden begitu disambut oleh rakyatnya, setelah Soekarno.
Oia sebelum terlupa, pada sore harinya Jokowi sempat menyapa rakyat dari sabang sampai merauke dengan menggunakan teleconference. Jokowi sempat bertanya ke salah seorang anak SD papua "hafal pancasila ga?". Siswa tersebut lancar menyebutkan 5 sila dengan dipandu oleh Jokowi "satu, dua, tiga, empat, lima...wah pinter. Nanti saya kirimi sepeda". Di Papua bagian lain ada juga anak SD yang disuruh menyanyi. Suara-suara itu benar-benar membuat saya merinding. Belum lagi saat Jokowi memanggil salah seorang asli Papua yang berterima kasih sudah diberi kesempatan menginjakkan kaki di istana. Saya lupa kalimat persisnya, tapi kira-kira begini "saat ini orang papua sudah bisa masuk istana. Nanti kalian (anak-anak SD) juga bisa. Asalkan terus belajar" Jokowi kemudian berdiri dan menyalaminya.
Pada anak-anak yang tadi menyanyikan lagu Indonesja Raya, Jokowi juga berjanji akan mengirimi mereka sepeda. Namun di kelompok ini ada 4 orang anak yang mendapat sepeda, mungkin karena beliau melihat ada yang semangat bernyanyi. Padahal yang maju di depan cuma 2 orang.
Itulah cerita 20 Oktober 2014. Saya berkali-kali dibuat terharu dengan pemandangan ga biasa ini. Meski memang masih ada segelitir orang yang tetap nyinyir dan ga suka dengan kejadian kemarin, sepertinya Tuhan sedang menunjukkan kelompok mana yang membuat pilpres panas dengan kafir kafirun, zionis, amerika, israel dan asing yahudi. Mereka yang sempat meracuni Prabowo dengan watak firaunya. Semoga ke depan kita tak lagi menghiraukan segelintir Indonesia Timur Tengah tersebut dan lebih bijak menyikapi 'dagangan agama' mereka. Terakhir, setau saya ummat muslim tidak seperti mereka.
Bersama merah putih menuju Indonesia hebat.
Merdekaaa!!!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H