Mohon tunggu...
Alan Budiman
Alan Budiman Mohon Tunggu... profesional -

Pemilik akun ini pindah dan merintis web baru seword.com Semua tulisan terbaru nanti akan diposting di sana. Tidak akan ada postingan baru di akun ini setelah 18 November 2015.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Agama Itu Masalah Atau Solusi?

12 November 2014   23:43 Diperbarui: 17 Juni 2015   17:57 547
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Sebagai pendatang dari kampung, tentu saja sedikit shock saat awal-awal berada di Malaysia. Namun seiring waktu saya bisa menikmati dan benar-benar menjadi bagian dari masyarakat Malaysia.

Saat hari raya China saya tak segan ikut 'berpesta' lewat acara makan malam bersama dan bermain kembang api sampai larut malam. Bahagia dan bahkan kemaruk menerima ampao atau amplop berisi uang yang diberikan kepada siapa saja yang dikenal, terserah beragama apa mereka tak peduli. Jeruk-jeruk manis juga saya nikmati penuh suka cita.

Pelajaran penting dari contoh perayaan seperti itu adalah, mereka menyiapkan makanan-makanan yang memang halal. Sehingga semua orang bisa bergabung tanpa khawatir ada daging babi dan semacamnya.

Toleransi semacam ini jelas sekali mahal dan tidak ada di Indonesia. Lihat saja saat ada komunitas kristen yang membagi-bagikan biskuit dan susu pada sebuah acara car free day Jakarta, yang sekarang sedang diperbincangkan di youtube dan sosial media. Apa tanggapan sebagian orang? Kristenisasi. Lalu terjadi penggiringan oponi dan berkembang isu bahwa susu dan biskuit yang dibagikan ada zat babinya.
Jujur saja, awal saya sampai di Malaysia juga enggan untuk membaur dengan etnis China, India dan semua mereka yang beragama lain. Enggan dalam arti tidak mau menerima barang-barang dari perayaan atau aksi sosial mereka. Tapi kemudian saya tersadar saat teman perempuan China (amoi) datang ke apartemen mengenakan busana muslimah dan berkerudung saat saya baru pulang shalat idul fitri. Mereka tanpa canggung mengucapkan selamat hari raya dan ikut makan-makan. Anda harus membayangkan bagaimana terharunya saat melihat mereka yang biasa menggunakan celana pendek dan kaos tipis, kemudian berpakaian serba tertutup. Mungkin hal tersebut jarang terjadi tapi kejadian ini nyata dan saya yakin ada juga yang seheboh mereka.

Di Indonesia, kita terbiasa menjadi kaum mayoritas. Sehingga merasa seolah menjadi pemilik negeri ini. Maka tak heran kalau ada sedikit aksi sosial dari ummat kristen, lantas disebut krisenisasi. Entah apa yang membuat sebagian orang merasa ketakutan? seolah pengetahuan mereka tentang agama jauh lebih buruk dari MLM.

Jika FPI beralasan tidak menerima pemimpin non muslim, apa perlu para mentri, DPR, Gubernur, Walikota dan Bupati kemudian harus dari orang-orang beragama islam? Bukankah semua mereka juga adalah pemimpin kita?

Dan kalau jeli memperhatikan cuplikan orasi FPI, ada pembodohan publik yang menyatakan Ahok menghalangi ibadah ummat muslim. Sehingga mereka tidak segan mengecap Ahok sebagai musuh islam. Apa yang membuat mereka berkata seperti itu? Tentu saja ada peran media yang mengatasnamakan islam tadi. Mereka berhasil menyebar fitnah dan propaganda, sehingga pengikut yang selama ini cenderung menganggap benar pimpinanya akan ikut meyakini. Sehingga terjadilah demo sebanyak itu.

Mungkin mulai sekarang kita perlu belajar lagi tentang toleransi beragama. Tidak berpikiran sempit bahwa negeri ini milik ummat islam sehingga jika sedikit saja ada aksi sosial dari ummat kristen, lantas dikecam sebagai kristenisasi. Betul bahwa kita adalah negara dengan penduduk islam terbesar di dunia, sehingga tidak mudah bersikap berdiri sama tinggi dan duduk sama rendah dengan agama minoritas. Tapi jika kita meyakini bahwa islam adalah rahmat bagi semua penghuni di bumi, dari hewan, tumbuhan dan manusia, maka seharusnya tidak ada lagi ego dan merasa superior. Izinkan agama lain melakukan haknya sebagai warga negara, karena bagaimanapun mereka adalah saudara sebangsa dan setanah air.

Ormas, media dan partai politik yang katanya islami, mari kembali menjadi manusia yang tidak hanya beragama islam, tapi juga sebagai manusia Indonesia yang bisa hidup rukun dan saling menghormati.

Jadi apakah agama adalah masalah atau solusi bagi manusia? Jawabnya adalah solusi. Jika agama hanya akan menghasilkan konflik-konflik dan kerusuhan, pasti ada yang salah dengan pengetahuan dan pemahaman kalian tentang agama. Karena jika agama hanya menimbulkan masalah, mungkin sebaiknya kita menanggalkan saja agama kita agar tidak terjadi masalah. Logikanya kan begitu?

Dan yang terakhir, demi Allah jika masih mengaku muslim, tolong jangan ada lagi propaganda yang dicampur aduk dengan kepentingan politis. Kalaupun mau menghasut atau memfitnah, tolong jangan tentang islam atau hal-hal yang berkenaan denganya. Biarkan Ahok memimpin sesuai konstitusi, jangan lagi ada penyesatan informasi kolom agama aka dihapus, karena yang benar adalah jika ada warga yang beragama selain 6 agama yang diakui oleh undang-undang, bisa dikosongkan sampai agama tersebut diakui oleh negara. Demi Allah islam adalah rahmatan lil'alamien yang tidak pantas dilecehkan dan dijual sedemikian murahnya hanya untuk mendukung kepentingan kalian.

Salam damai Indonesia

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun