Selain itu juga sebagai arsip. Karena sampai kapanpun selama kompasiana masih hidup, maka tulisan kita bisa dilihat dan dibaca orang kapanpun dan di manapun. Berbeda dengan koran cetak yang hanya sekali terbit, dan setelah itu sering berakhir di tong sampah atau penjualan kertas kiloan.
Mungkin inilah 3 alasan logis yang bisa saya tuliskan sekarang. Karena jika tujuan menulis untuk menyebar pengetahuan, maka kompasiana sangat ideal dibanding koran mainstream atau blogspot dan sebagainya. Tak heran jika pesaing kompas mulai membentuk komunitas serupa, meski saya pikir kompasiana sudah terlanjur menjadi pelopor dan memiliki banyak member.
Jika pada akhirnya kompasiana berhasil memberi honor bagi penulis dengan syarat keterbacaan, kualitas tulisan, konten dan sebagainya, maka saya sangat yakin kualitas tulisan kompasianer juga akan otomatis lebih berbobot dan akan digarap serius. Kalau sekarang, ya harus jujur, kebanyakan kita atau mungkin cuma saya, yang menulis tanpa edit. Asal pesan sampai ke masyarakat, selesai. Merasa bahwa masyarakat bisa memaklumi salah ketik.
Meskipun para kompasianer memang tidak mengejar honor, mereka menulis karena ingin berbagi, tapi tetap saja dalam teori ekonomi modern uang bisa membuat orang lebih serius melakukan sesuatu. Jika banyak kompasianer menulis dengan serius dan teliti, maka pasti berimbas pada kompasianer yang lain. Akan ada rasa malu jika harus menyuguhkan tulisan kocar-kacir seperti tulisan saya kebanyakan.
Puncaknya, bukan tidak mungkin wartawan koran sebelah sambil nyambi di kompasiana. Hehe oke sebelum semakin panjang kali lebar, cukup sampai di sini dulu.
Semoga bermanfaat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H