Jika mengingat perjalanan selama di Kompasiana. Saya rasa sudah bisa menjawab kenapa tidak mengirimnya ke koran lokal atau nasional?
1. Waktu
Untuk mengirim ke koran nasional seorang penulis perlu mengirimkan naskahnya dan menunggu terbit. Jika tidak lolos, baru dibolehkan mengirim ke koran yang lain. Katanya, ini etika penulis. Bandingkan dengan Kompasiana yang bisa seketika terpublish dan orang bisa langsung membacanya. Tanpa menunggu waktu yang cukup lama.
Meski memang di Kompasiana ini tidak ada honor meski tulisan kita masuk HL atau dibaca ratusan ribu viewer. Seberapa bermanfaatnyapun sebuah tulisan, tetap tidak ada honor bagi penulisnya. Saya pikir tim admin kompasiana sudah mulai memikirkan hal ini, dimulai dengan verifikasi serta verifikasi biru.
Tentu ini berbeda dengan mengirim tulisan ke koran nasional ataupun lokal. Tapi kalau tujuan menulis untuk menyebar pengetahuan, saya rasa kompasiana jauh lebih efektif. Karena harus diakui, kini kompasiana menjadi trend baru yang nyaris sejajar dengan media mainstream.
2. Keterbacaan
Jika mengirim ke koran cetak dan tulisan kita terbit, saya pikir potensi tulisan kita dibaca orang tidak terlalu tinggi. Saya rasa persentasenya sekitar 5-10% dari keseluruhan koran terjual pada hari tersebut, karena harus berdesakan dengan banyak tulisan di dalamnya.
Berbeda dengan kompasiana yang kini hitungan hits diubah menjadi hitungan per-IP. Jadi kalau ketika orang buka tulisan kira 3 kali atau lebih untuk saling balas komentar atau sekedar mengikuti diskusinya, angka hits tetap 1. Jadi harap maklum jika ada kompasianer yang sebelumnya berbangga tulisanya dibaca 1 juta orang harus mengakui bahwa itu hanya jumlah hits perklik. Dulu satu orang bisa klik 10 kali, dan hits bertambah 10. Sekarang, meski mau diklik 1000 kali, tetap hitsnya 1. Kecuali ada seseorang yang mau buka tulisanya dari 10 perangkat berbeda, maka jumlah hitsnya akan bertambah 10.
Melihat keterbacaan kompasiana cukup menggembirakan, maka saya pikir di sinilah tempat yang lebih pas. Maka jangan heran kalau Yusril, Faishal dan JK yang saya yakin tulisanya diburu media masih mau menuliskan sesuatu di kompasiana.
3. Arsip dan interaksi
Di kompasiana ini penulis dan pembacanya bisa saling balas komentar. Terserah pujian sampai cacian, admin memberi kelonggaran yang luar biasa. Sisi positifnya kita bisa mengenal karakter penulis atau pembaca. Hal ini tidak akan terjadi di koran cetak.