Mohon tunggu...
Roeslan Hasyim
Roeslan Hasyim Mohon Tunggu... Editor - Cerpen Mingguan

Penyiar Radio Mahardhika Bondowoso, Pengajar Prodi PSPTV dan Perfilman SMKN 1 Bondowoso

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Negeri dalam Genggaman

31 Januari 2021   06:40 Diperbarui: 31 Januari 2021   07:04 399
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
www.voicesofyouth.org

“Tapi, klo keadaan seperti ini terus, kan gak baik untuk bangsa.” balasku pada dwi.

“Keadaan yang seperti apa maksudmu?” Dwi.

“ Ya kondisi bangsa saat ini. Selain memang kinerja KPK yang mulai diragukan kualitas. Ditambah lagi pimpinan baru KPK seakan memang sudah disetting sedemian rupa agar mereka semua yang suka nyolong uang negara tak tersentuh hukum. Bahkan bisa bebas dengan nyaman.” Balasku lagi

“ Itu hanya pikiranmu saja.” kata Dwi.

“Eh wi. Emang bener loh. Bangsa ini seakan mati suri. Buktinya, para mahasiswa saja sekarang tak berani bersuara. Bahkan untuk kasus covid yang tak sepaham, dimeja hijaukan. Tuh, contohnya, orang yang tinggal di pulau sakti.” kata Nut.

Semua terdiam sebentar, seakan memikirkan obrolan apa selanjutnya yang dibahas. Disaat bersamaan, pemilik warung dengan wajah cantik bak polwan yang sedang pamer kecantikan di jalan, sibuk dengan smartphonenya yang ada dalam genggaman. Entah gerengan apa yang dilakukan, kita bertiga santai saja memikirkan bangsa ini dan obrolan apa yang harus diungkap ditengah tongkrongan ngopi malam.

“Bagaimana klo kita kembali menggerakkan rekan-rekan kita para mahasiswa untuk lebih kritis terhadap kinerja KPK. Ya tentu juga, untuk mengkritisi pemerintahan saat ini. Terutama dalam penanganan masalah korupsi dan penanganan covid yang aturannya suka berbeda antara satu menteri dan menteri lainnya. Seperti tak satu komanda dibawah petinggi negeri. Miris kan.” Kata Nut seperti memprovokasi.

“Apa sih yang didapat dengan demo – demo gitu. Salah-salah, kalian yang ditangkap.” kata pemilik warung.

“Kita sebagai anak muda kan harus kritis agar bangsa ini tak mengalami krisis seperti kasus tahun 2008.” aku menimpali apa yang dikatakan pemilik warung.

“Iya betul. Kalau kita tidak bergerak. Siapa lagi yang mau mengkritisi pemerintahan ini. Ayolah, kita ajak rekan rekan mahasiswa kita untuk mengkritisi pemerintahan.” sahut Nut.

“Baiklah. Aku akan menghubungi pentolan para mahasiswa di masing-masing kampus. Besok malam kita ketemu di tempat biasa untuk musyawarah sebelum kita akhirnya berkoar-koar dijalan agar suara kita didengar.” ungkapku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun