Mohon tunggu...
Roeslan Hasyim
Roeslan Hasyim Mohon Tunggu... Editor - Cerpen Mingguan

Penyiar Radio Mahardhika Bondowoso, Pengajar Prodi PSPTV dan Perfilman SMKN 1 Bondowoso

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Bukan Tempat Ibadah Semestinya

24 Januari 2021   09:18 Diperbarui: 24 Januari 2021   11:07 241
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Tak seperti di tempatku Kak. Sekarang tempatku sangat sepi sekali. Jangankan beberapa orang yang datang, satu pun dari mereka yang dulu menjadi pengunjung setia, tak sekalipun mereka menginjakkan lagi kakinya di tempatku kak."

"Sudah sabar saja. Dunia itu memang gitu kok. Hal baru itu akan selalu menarik minat banyak orang. Apalagi tempat ini dibuat memang untuk memuaskan semua orang dari beragam status sosial. Tak peduli mereka itu petani, tentara, polisi, politikus, mahasiswa, guru, peternak, pedagang atau siapapun mereka dan berapapun usia mereka, jika mereka ingin memuaskan diri, ya mereka datang kesini dan kami layani sebaik mungkin sesuai dengan kebutuhan mereka masing-masing."

"Tapi Kak. Apa hanya ini memang satu-satunya jalan untuk bisa membuat mereka merasa puas dengan kehidupan mereka? Apa hanya ini satu-satunya cara untuk membuat mereka terlepas dari duka? Kan sebenarnya masih banyak cara lain yang bisa mereka lakukan untuk membuat diri mereka sendiri merasa puas."

"Adek kan tahu bahwa di dunia ini semua orang ingin hidup bahagia dengan status sosial mereka masing-masing. Ingin merasa puas dengan kehidupan mereka sendiri, apapun dan seperti apapun takdir kehidupan mereka sendiri. Intinya, semua orang memiliki satu tujuan yang sama, bahagia dan puas dengan hidup mereka masing-masing. Tak peduli miskin atau kaya, jelek atau nggak, punya jabatan atau tidak, semuanya ingin bahagia dan puas dengan kehidupannya."

"Iya juga sih kak. Aku tahu itu. Tapi Kak....?"

"Tapi kenapa?"

"Tempatku kan jadi sepi, tak pernah didatangi orang lagi kak."

"Ya kalau gitu, tiru saja strategi tempat ini seperti tempat adek. Toh tujuannya kan juga baik. Agar semua orang bisa beribadah dengan nyaman."

"Iya juga sih Kak."

Akhirnya aku memberanikan diri kepada para sesepuh tempat aku tinggal, tempat dimana aku merawat bangunan peribadatan tua yang sudah tak lagi enak dipandang dan sangat tak nyaman untuk digunakan. Aku meminta para tetua untuk membangun ulang bangunan peribadatan itu. Membangunnya dengan konsep baru, yakni satu tempat ibadah untuk semua agama dan aliran kepercayaan yang ada di daerahku. 

Ya, meskipun awalnya semua orang tak setuju, namun ketika aku uraikan sebuah alasan yang masuk akal bahwa kita yang tinggal di daerah dengan banyaknya agama dan keyakinan tentu akan menjadi bijak jika membuat sebuah bangunan besar, luas dan megah untuk menampung semua orang yang datang mencari kebahagiaan sejati di satu tempat peribadatan yang sama, Mall Agama Semesta. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun