Mohon tunggu...
Roeslan Hasyim
Roeslan Hasyim Mohon Tunggu... Editor - Cerpen Mingguan

Penyiar Radio Mahardhika Bondowoso, Pengajar Prodi PSPTV dan Perfilman SMKN 1 Bondowoso

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Tersesat dalam Literasi Memahami

26 Desember 2020   07:12 Diperbarui: 26 Desember 2020   07:18 309
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ketika harus memulai dari mana menertawakan diri sendiri, maka hal yang pertama kali aku ingat adalah tentang sebuah keinginan menjadi penguasa dunia. Bagaimana tidak, ada satu hal yang paling melekat dalam pikiran ketika mendengarkan ceramah pada tahun-tahun sebelumnya, bahwa menjadi manusia itu harus bermanfaat pada sesama dan menjadi manusia haruslah mampu meletakkan dunia dalam genggaman dan menempatkan akhirat dalam hati.

Mungkin karena salah dalam memahami ceramah tersebut, aku sempat berpikir bahwa untuk jadi orang bermanfaat haruslah mampu menguasai dunia dengan segala isinya dalam genggaman tangan sendiri. Jadi bayanganku tentang hal itu adalah Keluarga Rothschild.

Sebuah keluarga dari dinasti asal Yahudi Jerman yang mengendalikan perbankan dan keuangan internasional, dan diberi kedudukan mulia oleh pemerintah Austria dan Inggris. Menurut laman List Verse, keluarga ini menjadi terkenal di dunia internasional ketika Mayer Amschel Rothschild memulai strateginya untuk mengendalikan bisnis perbankannya tetap berada di tangan keluarganya sendiri. Salah satu kunci rahasia Mayer Rothschild untuk mempertahankan kekayaan dan pengaruh keluarganya adalah dengan menerapkan aturan pernikahan antara anggota keluarga yang terkait erat.

Selama lebih dari dua abad, keturunan Rothschild telah tersebar di seluruh dunia dan mengendalikan bank sentral di banyak negara. Keluarga Rothschild juga telah banyak memberikan pinjaman dana dan pasokan selama perang dunia. Bahkan menentukan harga emas dan memiliki salah satu bisnis tambang terbesar di dunia.

Nah, semua hal yang dilakukan oleh keluarga Rostchild itu adalah hidup yang bermanfaat bagi semua orang, minimal menurut sudut pandangku. Tapi coba dibayangkan, jika pemahamanku benar, maka berarti aku harus menjadi orang terkaya di dunia, agar bisa bermanfaat bagi seisi dunia.

Namun, jika kemanfaatan hidup manusia itu harus seperti keluarga Rostchild, maka ada banyak hal yang menghalangiku untuk bisa seperti keluarga itu.

Pertama, aku harus menjadi orang yahudi terlebih dahulu. Padahal aku sendiri murni memiliki darah Madura bercampur darah jawa. Artinya untuk menjadi bermanfaat versiku seperti keluarga Rostchild adalah hal yang mustahil.

Kedua, keluarga Rosctchild adalah sebuah keluarga super kaya yang memiliki dan menjalankan perbankan serta keuangan internasional, sedangkan aku sendiri tak seperti itu. Bukan dari keluarga super kaya apalagi sampai mempunyai bank dan menjalankan keuangan internasional, sangat mustahil. Jangankan menjalankan perbankan dunia, menjalani hidup sendiri saja sudah terasa melelahkan.

Ketiga, kebodohan lain akibat salah memahami bahwa manusia bermanfaat haruslah menguasai dunia dengan isinya seperti keluarga Rothschild adalah tentang pernikahan. Keluarga Rothschild mempertahankan kekayaan dan pengaruh keluarganya adalah dengan menerapkan aturan pernikahan antara anggota keluarga yang terkait erat. Sedangkan aku sendiri mempunyai prinsip bahwa pernikahan haruslah terjadi diantara dua insan yang tak memiliki ikatan keluarga. Kecuali masih dalam ikatan satu keturunan Adam dan Hawa, tidak jadi soal. Iya kan! Hehehe...

Keempat, jika keluarga Rosctchild mampu menentukan harga emas dan memiliki salah satu bisnis tambang terbesar di dunia. Maka aku justru sebaliknya, aku hanya mampu menentukan diriku sendiri bahwa aku haruslah dipanggil "Mas" oleh seseorang yang lebih muda dariku.

Ya, kesalahan pemahaman tentang orang yang bermanfaat itu membuatku harus bersusah payah bekerja keras dari satu pekerjaan ke pekerjaan lainnya, dari satu bidang ke bidang yang berbeda hanya untuk mengejar kekayaan agar seperti keluarga Rostchild, menguasai dunia dan bermanfaat untuk dunia dengan perputaran uang dan kekayaan yang dimilikinya.

Namun, seiring kesadaran dalam ketersesatan memahami tentang manusia yang bermanfaat, seiring kesadaran atas kebodohan diri sendiri dalam memaknai manusia bermanfaat, maka hal yang wajar jika aku menertawakan diri sendiri, atau bahkan kalian juga layak menertawakanku atau justru aku juga harus menertawakan orang-orang yang seringkali salah memahami sesuatu seperti yang aku lakukan. 

Bahkan setiap orang di Indonesia harus menertawakan diri sendiri ketika menyadari bahwa selama ini sering salah dalam memahami apa yang didengar atau apa yang dibaca, karena Indonesia Butuh Ketawa, termasuk menertawakan berbagai permasalahan kehidupan, sosial, politik, keagamaan dan berbagai hal di negara ini yang seringkali ditunjukkan oleh orang-orang negeri ini dari berbagai profesi melalui media televisi dan diberbagai platform media sosial selama setahun ini. 

Karena bisa jadi, berbagai kejadian yang terjadi di Negeri ini karena tersesat dalam literasi memahami dan memaknai sesuatu, hingga seringkali melakukan tindakan yang dianggap benar oleh diri sendiri, kelompok atau golongan sehingga menimbulkan ketegangan dan keresahan.

Salam waras setelah tersesat dalam literasi pemahaman yang sekarat dan Tertawalah sebelum tertawa itu berbayar.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun