Selang beberapa menit menapaki jalan setapak, melintasi jurang terjal dan rerimbunan pohon tua, semak belukar, dengan hanya diterangi oleh cahaya obor remang-emang, kami mulai diganggu oleh beberapa makhluk halus penunggu hutan.
Badan telanjang tanpa kepala tiba-tiba muncul di hadapan kami berdua. Belum lagi, seorang wanita tua yang tiba-tiba menggantung diri di bawah pohon besar di sebelah jalan yang kami lewati. Sesaat setelahnya, pak tua sedang menenteng kepalanya yang tertusuk busur panah, bahkan ada anak-anak yang sedang bahagia memakan kakiknya sendiri.
Bukan itu saja, seringkali kami juga jumpai wanita muda cantik dan eksotis, namun ketika tepat berada di dekatnya, tubuhnya langsung berbau amis, banyak belatung yang memakan hatinya dan seketika terlihat oleh mata telanjang saja.
Bahkan roh-roh leluhur yang selama hidupnya melakukan kejahatan, sering menghantui perjalanan kami pulang. Mereka yang kami kenal atau sering kami dengar ceritanya dari para Tetua, seringkali berada di pundak kami “gendong” sambil membisikkan bisakan agar kami tak usah pulang, agar kami tetap tinggal di tebing dan dijanjikan dengan semua hal yang kami inginkan, bahkan kami dijanjikan surga oleh mereka.
Namun hal itu tak menakutkan bagi kami, karena kami sudah terbiasa dengan hal itu. Kami anggap itu hanya sebuah hiburan saja menemani perjalanan kami turun dari tebing.
Akan tetapi, malam ini terasa ada yang janggal sepanjang perjalanan kami dari tebing menuju tempat ritual yang biasa dilakukan di sepertiga malam saat semua orang tertidur lelap, menikmati indahnya mimpi yang menjadi hiburan bagi sebagian orang.
“Ed, kamu ngerasa ada yang aneh gak?”
“Iya. Kamu juga merasakannya kan?”
“Iya, sama.”
Aku dan Edi melanjutkan perjalanan ditengah-tengah gelapnya malam dan para binatang liar yang justru asyik bermain seperti berada dalam kondisi siang hari.
Bagi kami, itu hal yang sangat aneh. Karena kami paham betul perilaku binatang, baik yang aktif di siang hari dan nokturnal. Jangankan bermain, suara binatang malam tak sedikitpun terdengar di telinga. Justru suara-suara keributan binatang yang harusnya aktif disiang hari, mulai semakin terdengar keras dan terlihat dengan jelas oleh mata kami.