Mohon tunggu...
Alang Alang
Alang Alang Mohon Tunggu... lainnya -

ndeso

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Hujan di pelupuk mata

13 Juni 2012   13:08 Diperbarui: 25 Juni 2015   04:01 99
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Malam menitiskan rinai hujan, garis garisnya pecah diujung tanah..

Sementara sang kunang kunang terdiam di ujung daun yang bergoyang di mainkan angin..

Cahayanya redup redam dijarah kesunyian..

Matanya sayu menatap sepi malam..

Ah, malam yang memanggul resah, malam yang letih mendengar jiwa yang acap merintih..


Jiwa kelam yang gelisah disamun segunung dosa tak terhingga..

Yang jatuh itu bukan tetes hujan, itu air mata..

Serupa keluh kesah juga segumpal sesal yang mengganjal..

Aku bukanlah manusia suci, aku acap ingkar dan lupa pada perintah_Nya

Dosa ini milik siapa, yang tumbuh kala guyuran nafsu membutakan mata hati, juga menulikan nurani..


Aku sang pendosa, yang mencari patahan cahaya, agar tak lagi terjatuh dikubangan nista..

Hai kunang kunang petiklah cahayamu, lantas sematkan di mata hatiku, agar aku tau jalan pulang..

Jalan menuju terang cahaya, jalan yang kan tuntunku kembali kesurau lapuk dimana kitab kitab tua menunggu tangan ini menyapa..

Agar kembali suci, agar sombong tak lagi menaungi, agar tak lagi ingkar pada perintah yang mahasuci..

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun