Dari sinilah masyarakat mulai merasa bahwa budaya ini sudah tidak efisien lagi, karena banyaknya golongan yang menyalahgunakan istilah tersebut.Â
Tidak cukup sampai disitu, ada budaya lain yang muncul di media sosial, dimana budaya ini dapat dikatakan sama berbahayanya atau bahkan lebih dari Woke Culture. Budaya baru ini dinamakan Cancel Culture.Â
Kemunculan Cancel Culture di media sosial.
Berbeda dengan woke, cancel culture bukanlah kegiatan dimana seseorang menyatakan pendapat mereka dan meminta keadilan. Budaya ini merupakan suatu hal yang dapat dikatakan jauh lebih jahat jika dibandingkan dengan woke culture.Â
Cancel Culture adalah saat dimana seseorang memutuskan untuk "menyerang" orang lain, entah publik figur atau masyarakat, hanya karena mereka memiliki kepercayaan yang berbeda.Â
Dapat disimpulkan bahwa mereka yang mengikuti budaya ini adalah mereka yang cepat menghakimi orang lain dan membenci mereka yang tidak setuju dengan cara pandang mereka.Â
Para analisis sosial bahkan mengatakan bahwa mereka yang mengikuti cancel culture tidak memberikan kesempatan dalam diskusi yang konstruktif.
Budaya cancel culture dapat dikatakan keterlaluan, jika diteliti lebih dalam. Benar adanya budaya ini membantu masyarakat menurunkan publik figur problematic dari ranah sosial.Â
Namun kenyataannya, banyak kasus dimana seseorang meng-cancel orang lain untuk kesalahan yang baru dilakukan, membuat orang tersebut tidak dapat tumbuh dan belajar dari kesalahan.Â
Woke dan Cancel, apakah mereka menjadi budaya baru di masyarakat?
Beberapa masyarakat telah menormalisasikan kedua budaya ini, dan apakah akan menjadi sesuatu yang berkelanjutan atau tidak, kita mungkin tidak akan pernah tahu.Â