Mohon tunggu...
Alan Daka
Alan Daka Mohon Tunggu... Akuntan - Cuma mau nulis.

Dream it, taste it, make it happen..

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Mahar

2 Oktober 2016   13:49 Diperbarui: 2 Oktober 2016   14:16 149
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Lalu aku mengambil duduk berhadapan dengan mas Fadlan, dengan ditemani Mia disisi kiri ku. Detak jantungku terasa semakin tak karuan, nafas yang kuhirup juga seolah tak memenuhi kebutuhan paru-paru.

"Assalammualaikum" salam dari seorang pria diujung pintu.

"Akhirnya datang juga" jawab mas Fadlan.

Lelaki itu duduk disebelah kanan mas Fadlan, berhadapan dengan Mia yang menemaniku. Lalu perkenalan dimulai dengan dipandu dua temanku. Diawal aku kerap dibantu Mia dalam menjawab karena masih grogi, seiring pembicaraan aku sudah mulai bisa menjawab pertanyaanya langsung meski tanpa menatapnya karena malu. Banyak sekali pertanyaan yang terlontar baik dari lelaki itu ataupun aku, baik yang bersifat umum sampai politik.

Sepertinya dia sedang mencaritahu batas wawasanku, terkadang ada beberapa perbedaan pendapat yang membuat debat. Justru Mia dan mas Fadlan terlihat menahan tawa sampai muka memerah melihat aku yang tampil ngotot saat debat. Tapi lelaki itu justru menimpali dengan senyum dan tenang. Akhirnya pertemuan itu berujung dengan kata sepakat.

Selesai pertemuan itu aku hendak berburu waktu mengabarkan orang tua. Sesampai dirumah pun aku langsung menghadap mereka dan memohon pada mereka. Tampak wajah terkejut tergambar jelas dari wajah mereka, lalu kucoba untuk menjelaskan pada mereka sehingga mereka bisa paham dan menerima keinginanku.

Lalu kukabarkan mas Fadlan untuk meminta lelaki itu secara formal datang melangsungkan pertemuan keluarga. Tidak perlu waktu lama, mas Fadlan juga mengabarkan bahwa lelaki itu siap datang dua hari lagi. Lalu kerepotan dan kewalahan menyelimuti rumah, pertemuan besar hendak dilakukan dirumah yang sederhana ini.

Persiapan sudah siap pada hari yang ditentukan, sanak keluarga juga sudah berkumpul menyambut sang pelamar. Aku cuma bisa memejamkan mata, sembari berdoa pada Sang Pencipta mohon izin-Nya. Ketenangan serasa menyelimuti raga, jiwa yang grogi ini tak sadar tertidur pulas sejenak. 

Ponakanku masuk, memberitahu bahwa calon pelamar sudah datang. Tak lama berselang pun aku dipanggil keluar. Dibuka oleh seorang pemuka agama, maka acara dimulai. Wali pihak lelaki mengenalkan beberapa keluarga yang datang, lalu juga diperkenalkannya sang calon dari pihak lelaki.

"Nama anak saya ini Syarif Akmal....." seru sang wali

Lalu ketika kesempatan ayah untuk berbicara, beliau banyak menanyakan pada Sang calon pria tentang banyak hal. Kadang ada beberapa pertanyaan yang bersifat dilema dalam memilih, terkadang ketika mas Akmal tersudut dengan pertanyaan ayah. Aku cuma bisa tertunduk dan memejamkan mata. Tapi atas izin-Nya, akhirnya waktu telah disepakati dan mahar cukup seperangkat alat ibadah. Pernikahan kami akan dilaksanakan 1 bulan lagi, kehidupan baru pun menanti.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun