Kubu yang diwakili oleh Dodi ini menurut Khusnul sibuk menerangkan prestasi yang diraih pemerintahan Alex Noerdin selama satu dasawarsa terakhir. Mereka mengklaim bahwa Sumsel gemilang, pelopor banyak progam, terkenal ke seluruh dunia dan rakyatnya sejahtera. Karena itu dalam slogannya, kubu ini selalu mengatakan meneruskan, melanjutkan dan menuliskan kata gemilang dalam isi kampanyenya.
Dodi boleh saja membanggakan segala prestasi ayahanya. Tapi harus diakui dia tersandra dengan statusnya sebagai anak. Akhirnya, ia pun tak berani jujur untuk mengunggap berbagai kekurangan pemerintahan ayahnya. Seperti masih banyaknya jalan yang rusak hinggi indeks pembangunan manusia yang masih rendah.
Sedangkan kubu perubahan, yang diwakili pasangan Herman Deru - Mawardi Yahya menurut Khusnul lebih banyak  mengkritisi soal ketimpangan, kemiskinan, prestasi olah raga, indeks kemudahan investasi dan persoalan-persoalan lain berbasis data resmi yang tak bisa dibantah.
Secara halus mereka mengatakan, untuk apa membangun fasilitas yang menghabiskan dana banyak tetapi kemiskinan tinggi, ketimpangan lebar dan prestasi juga tidak bagus. Bahkan dalam salah satu kritiknya, Cawagub Mawardi Yahya berujar untuk apa punya stadium mewah tetapi prestasi olahraganya jelek.
Sementara itu, Agusta Buana dari FPP Sumsel menjelaskan bahwa masih banyak pendukung para kandidat yang tidak begitu paham apa itu Indeks Pembangunan Manusia, apa itu indeks kemudahan investasi dan seterusnya. Padahal kalau diskusi dimulai dari data, semua akan terbelalak, apa iya Sumsel sudah hebat, sudah gemilang, sudah maju.
Menurut Agusta, kubu perubahan wajar mengkritik pemerintahan Alex Noerdin karena memang berdasarkan data  harus diakui pemerintahan Sumsel masih buruk. Agusta memuji kubu perubahan karena tak hanya mengkritik tapi juga memberikan solusi. Yang Agusta kecewakan, meski dikritik tapi pendukung kubu status quo  seolah acuh tak acuh dengan data itu dan cenderung menghindari perdebatan. Padahal menurut Agusta memperdebatkan program sangat penting dilakukan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H