Mohon tunggu...
Alamsyah gautama
Alamsyah gautama Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Mahasiswa penggerak

Bacalah dan tuangkan pikiran dalam membangun indonesia yang berkemajuan

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

How to Build an Enterpreneurship Environmen In Moder Activism

9 Oktober 2024   15:38 Diperbarui: 9 Oktober 2024   19:54 31
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Membicarakan tentang bisnis dan jiwa entrepreneurship pada setiap manusia khususnya orang yang bergulut di aktivis sesungguhnya merupakan hal yang paling penting jika ingin jauh dari yang namanya tekanan dan kontradiksi idealisme.

Hanya saja banyak hal yang membuat lingkungan aktivis tidak konsen pada bidang entrepreneurship karena ada sesuatu yang bersifat adiktif berupa kegiatan-kegiatan yang mendambakan support yang datangnya dari eksternal baik suatu kelompok maupun organisasi.

Tentu hal ini bukan hal baru akan tetapi sudah lama menjadi persoalan dan problematika bagi aktivis itu sendiri, jika ditarik lebih jauh relasi antara aktivis dan sosial tentu adalah relasi Kesejahteraan Sosial tentu membidangi hal itu sebaiknya setiap individu ataupun aktivis yang bergerak di bidang itu mestilah selesai dalam hal finansial setidaknya bagi dirinya sendiri.

Akan tetapi jika ditinjau lebih jauh memang ini bersifat bias apabila dijadikan diskursus mengenai organisasi contohnya di beberapa organisasi yang menekankan doktrin ideologis di awal organisasinya kemudian masuk pada ruang lingkup eksternalisasi untuk menghidupi dan kemudian merawat anggota organisasi yang masuk pada suatu lingkup yang dikatakan agen perubahan sosial.

Tentu tidak ada yang baku dalam setiap keputusan aktivis akan tetapi alangkah baiknya aktivis itu juga menjadi agen untuk mendorong kemandirian setiap individu yang memilih untuk menjadi aktivis karena erat keterkaitannya dengan idealisme yang dipegang dan kemudian doktrin-doktrin ideologis, yang harus disampaikan pada anggota kelompok, yang nantinya akan memproses rekrutmen juga memahami asas perjuangan ataupun visi misi yang diterapkan pada organisasi yang telah dipilih tadinya.

Hal ini menjadi penting untuk di kulit bersama karena pemudaran idealisme tidak pernah datang dari hal lain selain persoalan primer yaitu finansial ataupun kemandirian ekonomi, oleh karenanya dibutuhkan sinergitas yang diawali oleh individu kemudian diterjemahkan pada lingkup kelompok yang nantinya di finalisasi di tingkatan organisasi untuk memasukkan doktrin tentang pentingnya menghidupi diri sendiri sebelum menjalankan aktivitas-aktivitas sosial di dalam masyarakat.

Adapun pernyataan seorang tokoh yang diterjemahkan pada keharusan aktivis itu terbagi 4 yaitu You must have a price, organisasi, kelompok, pribadi. Artinya secara tidak langsung You must have price yang dimaksud di sini muatannya adalah pemenuhan keperluan ataupun kebutuhan diri sendiri Sebelum turun dalam kerja-kerja sosial di dalam masyarakat. Hal ini juga diperkuat oleh segitiga Maslow bahwa kebutuhan pribadi yang dimaksud itu adalah fisiologis, aman, sayang penghargaan dan aktualisasi.

Pendekatan penyelesaian kebutuhan diri sendiri itulah yang menjadi tolak ukur maupun parameter tentang konsistensi dan komitmen seorang aktivis untuk memperjuangkan hak-hak orang kecil sebagaimana yang kita pahami bersama.

Maka, perlu menciptakan lingkungan enterpreneurship bagi para aktivid yang sehat dan efektif sebagaimana berikut.

1. Keluar dari zona nyaman: mendirikan bisnis seperti model canvas, NGO, maupun program profesional.

2. Menciptakan kelompok loyalis dengan tujuan yang sama.

3. Memusatkan dikursus pada bidang-bidang profesi.

4. Membuat wadah enterpreneur berbasis relasi antar aktivis tiap-tiap daerah.

5. Mempelajari money management sebagai bac'up sosiologis berbisnis

6. Membuat goals secara kongkrit, serta terukur dsn terarah.

7. Komitmen dan konsisten.

Ketujuh pilar diatas adalah sesuatu nyata yang harus ditanamkan pada paradigma seorang aktivis, seorang tokoh bapak ary andika mengatakan kerja-kerja aktivis itu tidak diperuntukkan kepada orang miskin, miskin disini artinya adalah orang yang belum selesai dengan kebutuhan fisiologisnya. Terkesan kontroversial tentunya tetapi itulah paradoks seorang aktivis yang sesungguhnya.

"Mahkota yang harus dijaga terus-menerus oleh seorang aktivis adalah Idealisme" karena itu jangan sampai ia tergerus hanya karna kecerobohan diri sendiri

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun