Mohon tunggu...
Alam Semesta
Alam Semesta Mohon Tunggu... Desainer - Instructional Designer

Pengajar Bahasa Inggris dan Bahasa Indonesia di Zhejiang Yuexiu University of Foreign Languages, China. Gemar membaca, menulis, dan makan-makan.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Amputasi Kreativitas Oleh Teknologi

15 Juni 2019   09:44 Diperbarui: 15 Juni 2019   10:10 22
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya mulai mengekplorasi berbagai bentuk perangkat digital, mulai dari kliker presentasi, fitur intekatif pada powerpoint, podcast, smartboard, sampai dengan berbagai bentuk gawai cerdas (Kindle, iPod, iPad, dsbnya). 

Pada awalnya, saya merasa sangat kagum dengan berbagai kemutakhiran perangkat digital tersebut. Saya bahkan meluangkan berjam-jam, bahkan sampai tidak tidur, untuk sekedar mencari tahu cara melakukan ini dan itu dengan perangkat tersebut.

Di tengah-tengah masa kuliah saya di Amerika, saya sempat pulang ke Indonesia dan menguji coba teknologi telekonferensi. Hasilnya tentu saja sangat mengecewakan dan bikin stress. 

Saat sekarang dengan adanya teknologi 4G dan bahkan 5G, mau telekonferensi dan streaming apapun tidak akan menjadi kendala yang besar lagi. Tentu saja dengan syarat mampu membayar harga kuota yang masih sangat mahal. 

Akan tetapi, saya justru sudah semakin bosan dengan segala kemutakhiran tersebut. Saya justru melihat ada jebakan ketergantungan yang sangat besar dari berbagai teknologi digital tersebut.

Source: Pexels.com
Source: Pexels.com

Banyak generasi muda sekarang menjadi teramputasi potensi dan kreativitasnya karena terjebak dengan kenyamanan dan kemudahan yang disediakan oleh teknologi digital. Banyak dosen-dosen muda di kampus saya yang justru bingung ketika komputer rusak dan powerpoint yang mereka siapkan tidak bisa ditayangkan. 

Sebagian besar mahasiswa saya juga kebingungan untuk memahami bacaan panjang ketika tidak diperbolehkan menggunakan hp untuk mengakses kamus. Tidak sedikit juga orang yang sudah tidak bisa menulis dengan baik dan benar menggunakan pena dan kertas.

Saya tidak bermaksud menjelekkan penggunaan teknologi. Teknologi diciptakan untuk mempermudah dan membuat kita nyaman dalam melakukan aktivitas. Kita tidak boleh menjadi budak dari teknologi. Ketika teknologi tersebut tidak tersedia atau tidak dapat digunakan, sebagai manusia yang memiliki akal dan kecerdasan maka segala keterampilan kita harus tetap dapat berkembang. 

Apa salahnya mengajar menggunakan papan dan kapur tulis? Apa pula salahnya menggunakan kamus cetak? Saya yakin juga tidak ada salahnya tetap mempertahankan keterampilan menulis di kertas dengan pena atau pensil.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun